Dark/Light Mode

Syarif Bando Kenalkan Program Perpusnas Di Forum Internasional

Rabu, 8 September 2021 20:32 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (Foto: Dok. Perpusnas)

 Sebelumnya 
Kepala Perpustakaan Nasional Australia (NLA) Marie-Louise Ayres mengungkapkan, mengubah cara pandang mengenai risiko organisasi membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, institusi harus siap menghadapi hal yang tidak terduga. “Bagi Anda yang ingin mengubah cara pandang organisasi tentang risiko, itu butuh waktu. Ini bukan pekerjaan dalam hitungan bulan, tapi tahunan,” ulasnya.
 
Dalam menghadapi risiko terhadap organisasi, khususnya pandemi Covid-19, NLA memanfaatkan layanan digitalnya. Marie-Louise mengaku perpustakaan lebih beruntung daripada museum karena tetap dapat melayani masyarakat, melalui layanan digital.
 
“Perpustakaan kita berada di sebuah kota kecil Canberra, di negara dan di benua yang besar. Jadi, kita memastikan bahwa gedung perpustakaan tidak menjadi pusat dari layanan seperti yang kita lakukan 20 tahun terakhir. Saat ini kita membuat pengguna terlibat secara digital,” ungkapnya. 
 
Dalam hal kesiapan menghadapi bencana atau krisis, NLA sudah memiliki rencana bisnis lanjutan. Berangkat dari pengalaman dua bencana besar yang negaranya, pada tahun lalu, NLA menyelesaikan penulisan ulang dokumentasi, rencana, dan kerangka kerja yang lebih memperhitungkan tingkat ketidakpastian yang tinggi jika bencana terjadi lebih lama.
 
Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Inggris (NLB) Roly Keating menyatakan, pihaknya memiliki delapan risiko strategis berdasarkan kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi. Seluruh risiko diberi skor mulai dari 1-25. NLB berupaya menekan risiko tersebut ke nilai yang lebih rendah. Setiap bagian dari NLB memiliki peran dalam penanganan risiko.
 
“Tahun kemarin kami benar-benar diuji, karena salah satu risiko yang muncul yaitu pandemi. Sistem manajemen risiko dan krisis, kami mampu menghadapi. Namun, dibutuhkan inovasi dan improvisasi yang besar,” jelasnya.
 
Menurutnya, pandemi Covid-19 menguji sistem NLB. Ke depannya, sejumlah upaya dilakukan di antaranya membarui rencana pemulihan pascabencana dan cara bekerja yang hybrid, fleksibel, dan adaptif. Dalam jangka panjang, pihaknya akan membarui secara menyeluruh daftar risiko strategis dalam lingkup politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan.
 
“Tempat perpustakaan adalah di tengah masyarakat, sehari-hari kita berinteraksi secara langsung. Kemudian secara tiba-tiba kita berpindah secara online seperti ini. Menurut saya, itu merupakan salah satu kesamaan yang membawa kita dalam organisasi ini. Perpustakaan yang awalnya bekerja di tengah masyarakat secara onsite, menempatkan orang-orang di suatu tempat/gedung, namun sekarang berubah secara hybrid,” urainya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.