Dark/Light Mode

Memory of the World: Panji, Diponegoro, La Galigo

Pameran Karya Sastra Paling Menginspirasi Dari Asia Tenggara

Sabtu, 25 Mei 2019 16:53 WIB
Suasana Pameran Memory of the World: Panji, Diponegoro, La Galigo di Universitas Leiden, Kamis (23/5). (Foto: KBRI Den Haag)
Suasana Pameran Memory of the World: Panji, Diponegoro, La Galigo di Universitas Leiden, Kamis (23/5). (Foto: KBRI Den Haag)

RM.id  Rakyat Merdeka - Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, menghadiri pembukaan pameran Memory of the World: Panji – Diponegoro – La Galigo, yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Leiden (UBL).

Acara yang dilangsungkan di Ruang Vossius, UBL, Kamis (23/5) pukul 16.00 waktu setempat itu, dihadiri oleh sekitar 40 tamu undangan. Acara tersebut dibuka oleh Ketua UNESCO Komisi Belanda Andtee van Es, disusul pemaparan mengenai pentingnya tiga naskah UNESCO di Leiden oleh Roger Tol, mantan pustakawan KITLV-Jakarta.

Baca juga : Rupiah Paling Perkasa Di Asia, Tapi Sementara

Usai pertunjukan Tari Topeng Panji oleh Kelompok Tari Jawa Kuwung-kuwung, Kurator Asia Selatan dan Tenggara UBL, Doris Jedamski, memberi paparan mengenai pameran Memory of The World: Panji – Diponegoro – La Galigo. Selanjutnya, para tamu dipersilakan menyaksikan pameran berbagai naskah Panji, Diponegoro, dan La Galigo, koleksi UBL, di Ruang Eksposisi.

Pameran Memory of the World: Panji – Diponegoro – La Galigo ini berlangsung hingga 1 September 2019. Manuskrip Panji, otobiografi Pangeran Diponegoro, dan epos La Galigo, termasuk karya sastra paling menginspirasi dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Ketiganya memiliki arti penting bagi sejarah sastra dan budaya Asia Tenggara. Sehingga dimasukkan dalam Memory of the World Register of UNESCO.

Baca juga : Telur Emas & Tenda Terbesar Dunia Di Jantung Eurasia

Pameran Memory of the World: Panji - Diponegoro - La Galigo difokuskan pada konten, fungsi, dan penggunaan naskah. Kisah-kisah Panji meraih popularitas di seluruh Asia Tenggara pada abad ke-14 dan ke-15, dan menandai langkah penting dalam pengembangan sastra Jawa. Kronik Pangeran Diponegoro (1785-1855) ditulis selama pengasingannya di Sulawesi Utara.

Sedangkan manuskrip La Galigo yang tebalnya  6.000 halaman, ditulis pada abad ke-19 dan ke-20 dari tradisi lisan Bugis kuno. La Galigo dicatat dalam aksara khas Sulawesi Selatan dan dianggap sebagai epik mitos paling komprehensif di dunia. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.