Dark/Light Mode

G20 Sepakati Joint Finance Health Task Force, RI Mainkan Peran Penting

Minggu, 31 Oktober 2021 09:24 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat memberikan keterangan pers usai mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10). (Foto: BPMI Setpres)
Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat memberikan keterangan pers usai mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10). (Foto: BPMI Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemulihan ekonomi global akibat pandemi Covid-19 di seluruh dunia saat ini tengah terjadi, namun tidak merata. Salah satu penyebabnya adalah karena akses vaksin yang tidak merata di seluruh dunia.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam keterangannya di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia, usai mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT G20 di La Nuvola, Sabtu (30/10).

“Ada negara-negara yang sampai hari ini, bahkan jumlah vaksinasinya dari penduduknya kurang dari 3 persen, di negara-negara Afrika. Rata-rata yang di negara-negara miskin baru 6 persen dari penduduknya, sementara negara-negara maju sudah melakukan vaksinasi di atas 70 persen atau bahkan mendekati 100 persen. Mereka juga sudah melakukan boosting,” papar Sri Mul. 

Selain akses vaksin yang tidak merata, pemulihan ekonomi dunia juga terancam oleh dua hal lain, yaitu inflasi kenaikan energi dan disrupsi dari suplai.

Baca juga : Federal International Finance Percantik Taman Di Singkawang

Menurut Menkeu, hal tersebut terjadi di seluruh negara yang pemulihan ekonominya sangat cepat, namun mengalami komplikasi dalam bentuk kenaikan harga energi dan disrupsi suplai.

“Artinya apa? Saat permintaan pulih dengan cepat dan kuat, ternyata suplainya tidak mengikuti,” imbuhnya.

Sri Mul menerangkan, kenaikan energi yang terjadi sangat cepat karena investasi di bidang energi, terutama yang non-renewable, sudah merosot tajam dihadapkan pada permintaan energi yang melonjak, akibat pemulihan ekonomi.

Hal ini mendorong inflasi yang tinggi di berbagai negara.

Baca juga : PSI: Kemenangan Piala Thomas Tercoreng Larangan Kibarkan Merah Putih

“Ini menjadi ancaman pemulihan ekonomi global. Indonesia perlu juga tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya rembesan hal tersebut,” tutur Sri Mul.

Mengingat Covid adalah ancaman nyata terhadap perekonomian dunia, maka di dalam pembahasan antara menteri keuangan dengan menteri kesehatan negara-negara G20, disepakati untuk membangun membangun sebuah mekanisme yang disebut pencegahan pandemi atau pandemic preparedness.

“Hari ini, dunia tidak siap menghadapi pandemi. Nyatanya, pandemi telah menyebabkan biaya sampai 12 triliun dolar AS, 5 juta orang meninggal, dan lebih dari 250 juta orang yang terkena pandemi ini. Karena itu, dunia harus menyiapkan lebih baik,” jelasnya.

KTT G20 kali ini menyepakati joint finance health task force atau satuan kerja antara menteri keuangan dan menteri kesehatan di bawah G20. Tujuannya, menyiapkan prevention, preparedness, dan response atau PPR dari pandemi.

Baca juga : Pemkot Surakarta Targetkan 0 Persen Stunting Di 2022

Task force ini dipimpin oleh Menteri Keuangan Indonesia dan Italia. Indonesia sebagai tuan rumah atau presidensi mulai Desember, dan Italia yang sekarang ini menjadi presidensi,” ujarnya.

“Tentu, peran Indonesia menjadi penting. Karena Indonesia adalah negara yang besar dan kita juga punya komitmen terhadap vaksinasi kita,” tandas Sri Mul. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.