Dark/Light Mode

Belajar Dari Diplomasi Hudaibiyyah (1)

Minggu, 27 Maret 2022 06:39 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Sebagai penutup, perjanjian itu di­usulkan dengan kata: Hadza ma qadha ‘alaihi Muhammad Nabi (perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad sang Nabi). Akan tetapi Suhail kembali menolak kalimat ini dan mengusulkan kata: Hadza ma qadha ‘alaihi Muhammad ibn ‘Abdullah (perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad putra Abdullah).

Baca juga : Tolak Bala (3)

Pencoretan basmalah dan kata “Nabi” membuat para sahabat tersinggung dan menolak perjanjian itu. Namun Nabi meminta para sahabatnya menyetujui naskah perjanjian itu. Konon, Nabi mengambil alih sendiri penulisan itu karena sahabat tidak ada yang tega mencoret kata Nabi, yang dianggap­nya sebagai salah suatu prinsip dasar akidah.

Baca juga : Tolak Bala (2)

Dari segi substansi, terdapat juga ma­teri yang dinilai tidak adil, karena kalau orang kafir Quraisy yang menyeberang batas di wilayah muslim, Madinah, maka segera dibebaskan dan segera dikembalikan ke Mekkah. Sedangkan kalau yang melanggar batas umat Islam maka orangnya ditahan di Mekkah. Materi perjanjian seperti ini pun Nabi menyetujuinya. (Bersambung)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.