Dark/Light Mode

Belajar Dari Diplomasi Hudaibiyyah (2)

Senin, 28 Maret 2022 06:05 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sepintas memang perjanjian ini tidak adil dan melanggar rambu-rambu akidah, berupa pencoretan kalimat Nabi tadi, namun Nabi tetap menganggap itu batas maksimum yang dapat dilakukan, terutama untuk mengatasi jumlah korban jiwa akibat peperangan.

Nabi tahu apa akibat yang akan dialami umat Islam jika tidak dilakukan gencatan senjata. Ia juga tahu langkah-langkah lebih lanjut yang akan dilakukan.

Baca juga : Belajar Dari Diplomasi Hudaibiyyah (1)

Para sahabat belum tahu apa arti kebijakan Nabi itu. Seandainya saja Nabi hanya sebagai pemimpin Arab biasa, bukan Nabi, maka sudah pasti ia tidak akan mendapat dukungan kelompoknya.

Akan tetapi para sahabatnya tahu, bahwa Nabi di samping seorang cerdas juga ia seorang Nabi. Mungkin ini pula yang menginspirasi para the Founding Father bangsa Indonesia, memilih mencoret beberapa kalimat dari Piagam Jakarta demi mempertahankan keutuhan bangsa ketika itu, jauh lebih banyak mendatangkan maslahat ketimbang mempertahankannya.

Baca juga : Tolak Bala (3)

Belakangan, apa yang ditetapkan Nabi ternyata benar. Sekiranya para pelintas batas kaum kafir Quraisy harus ditahan di Madinah, tentu akan memberikan beban ekonomi tambahan bagi masyarakat Madinah yang sudah kebanjiran pengungsi dari Mekkah. Sebaliknya kalau para pelintas batas dari Madinah ditahan di Mekkah dibiarkan, karena pasti mereka itu para kader dan dapat melakukan upaya politik pecah-belah di antara suku-suku yang ada di dalam masyarakat Quraish.

Pada saat bersamaan, Nabi terus menggalang pengaruh dengan kabilah-kabilah pinggiran. Karena kepiawaiannya, Nabi berhasil memukau sejumlah kabilah kecil dan bersatu di bawah kekuatan Nabi. Kabilah-kabilah yang tadinya terpecah belah di kawasan Yatsrib (Madinah), berhasil disatukan Nabi, terutama dua suku besar, yaitu suku ‘Aus dan suku Khazraj.

Baca juga : Tolak Bala (2)

Akhirnya, kekuatan umat Islam yang juga didukung oleh umat agama lain semakin besar. Pada saat bersamaan, diplomasi publik dan diplomasi internasional Nabi jalan terus, melampaui batas-batas geografis Arab, termasuk menjalin kerjasama dengan negara adidaya, Romawi Bizantium di Barat dan Persia di Timur.

Kafir Quraisy Mekkah semakin terkucil, karena kabilah-kabilah kecil yang berada di bawah pengaruhnya satu per satu meninggalkannya dan bergabung dengan kekuatan Nabi. Pengaruh Nabi semakin tak terbendung. (Bersambung)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.