Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Peperangan antara Rusia melawan Ukraina yang sudah berlangsung 4 bulan lebih mengguncang harga minyak internasional, dengan sendirinya perekonomian manca negara, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia. Harga minyak internasional pada Maret 2022 sekitar US$ 130, harga tertinggi sejak 2008. Harga minyak kemudian turun menjadi US$ 120 setelah negara-negara Uni Eropa memboikot minyak Rusia, produsen minyak terbesar ke-2 di dunia. Namun, boikot terhadap minyak Rusia tampaknya tidak efektif. Saat ini harga minyak internasional sudah mendekati US$ 170, mengguncang perekonomian dunia, termasuk Amerika. Inflasi Amerika (year to year) tahun ini sudah mencapai 9,1%. Suku bunga primer Bank Sentral Amerika beberapa kali dinaikkan; terakhir naik 50 basis point 10 hari yang lalu.
Baca juga : Polri: To Be Or Not To Be
Satu ramalan mengatakan harga minyak dunia – jika perang Rusia vs Ukraina – terus berkecamuk dengan magnitude yang besar, bisa menembus US$ 200 per barrel.
Baca juga : Polisi Tembak Polisi Di Rumah Jenderal Polisi
Tentu perang Rusia vs Ukraina menggoyang perekonomikan kita juga. Yang paling terasa beban utang RI; pengeluaran APBN dengan sendirinya membengkak, karena sebagian utang kita dibuat dengan menggunakan uang dollar AS. Pada akhir 2021, beban utang kita mencapai Rp 400 triliun, beban bunga Rp 300 triliun. Oleh sebab itu, menurut JK, Presiden pengganti Jokowi nanti harus pemimpin yang “tahan banting”. Debt ratio kita sudah 40% lebih. Dengan ambruknya perekonomian Srilangka, dan masih ada 6 negara lain yang sedang “antre” untuk bangkrut juga, sejumlah akhi ekonomi kita memperingatkan pemerintah Jokowi untuk ekstra hati-hati mengelola perekonomian nasional, khususnya utang luar negeri. Toh, sejumlah pemimpin kita – dari Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia dan Luhut B. Panjaitan menjawab serempak: ekonomi kita aman dan aman.
Baca juga : Homo Sektus Mengancam Homo Moralis
Salah satu strategi yang dilancarkan pemerintah Jokowi untuk mengendalikan ancaman krisis ekonomi adalah dengan menekan pengeluaran (spending), pada waktu yang bersamaan meningkatkan pemasukan negara (state revenue). Tarif PLN, gas, BPJS, Pph, BBM bersubsidi (Pertalite dan solar) dan masih banyak lagi yang dinaikkan. Namun, pada waktu yang bersamaan, pemerintah meningkatkan pengeluaran untuk masyarakat yang susah, antara lain dengan meningkatkan macam-macam bansos, sektor pendidikan untuk masyarakat tingkat bawah, dan lain-lain.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.