Dark/Light Mode

Polri: To Be Or Not To Be

Senin, 25 Juli 2022 08:59 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepolisian RI, sepanjang ingatan kita, tidak pernah menghadapi kasus kriminal “seheboh” dan “semasif” seperti kasus tewasnya Brigadir Yoshua pada 8 Juli yang lalu.

Sedemikian rupa hebohnya kasus ini, sehingga menjadi “bahan obrolan” dari kalangan atas sampai sopir-sopir mobil dan gojek. Tidak ada satu pun media massa dan media sosial yang luput dari bincang-bincang mengenai kasus “Polisi tembak polisi” dalam acara-acara mereka.

Baca juga : Polisi Tembak Polisi Di Rumah Jenderal Polisi

,Rentetan youtube yang membahasnya makin hari pun makin panjang. Kenyataan ini tampaknya membuat pimpinan Polri “gerah”. Tidak heran Kepala Divisi Humas Polisi meminta publik untuk tidak berspekulasi sehingga membingungkan masyarakat. Berspekulasi mengandung makna “Jangan sok tahu dan banyak ngomong”, padahal omongan orang-orang belum tentu benar, bahkan mungkin saja ngawur.

Namun, dari perspektif komunikasi, permintaan “jangan berspekulasi” tidak akan berhasil. Apapun istilahnya, berspekulasi, asal ngomong, sok tahu dan lain sebagainya, akan terus berkembang di masyarakat luas sepanjang pernyataan-pernyataan resmi dari Kepolisian menimbulkan kejanggalan-kejanggalan atau tanda-tanya sehingga publik cenderung tidak percaya.

Baca juga : Homo Sektus Mengancam Homo Moralis

Sebab itu, “spekulasi” dari berbagai pihak mau tidak mau akan bermunculan, bahkan semakin luas dan semakin massif sebagai respons dari ketidakpercayaan publik terhadap pernyataan-pernyataan resmi yang keluar dari pimpinan Polri.

Koq bisa begitu? Kenapa tidak bisa begitu, kalua pernyataan-pernyataan petinggi Polri – dari Kapolres Jakarta Selatan sampai petinggi Divisi Humas Polri ternyata tidak benar, diralat atau dikoreksi sendiri oleh pejabat Polri yang lain. Hal ini, kemudian, mengandung konsekuensi lain: Polri diam-diam dituding melakukan cover-up, menutup-nutupi kasus “Polisi Tembak Polisi”.

Baca juga : Kapan Pimpinan TNI Mampu Memberangus KKB Di Papua?

Itulah sebabnya, Presiden Jokowi sampai 3 kali meminta Kapolri untuk terbuka, dan bersikap transparan. Dua hari yang lalu Jokowi Kembali mengeluarkan pernyataan yang keras kepada Polri: “Usut tuntas, apa adanya, jangan ditutup-tutupi, transparan!”
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.