Dark/Light Mode

Menghemat Politik Identitas (21)

Politik Identitas Jender (2)

Senin, 5 September 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Juga dalam masalah poligami yang tak terbatas di zaman jahiliyah, tiba-tiba dibatasi oleh Al-Qur’an (Q.S. al-Nisa’/4:3), maksimum hanya empat. Itu pun setelah melalui persyaratan yang amat ketat. Ini juga mengagetkan masyarakat Arab saat itu. Islam memperkenalkan azas perkawinan monogami, bukan poligami, tentu saja sesuatu yang luar biasa saat itu.

Masalah kepemimpinan yang sekian lama menjadi domain laki-laki pun, tiba-tiba Islam datang memberikan peluang bagi kaum perempuan yang memenuhi syarat untuk aktif sekaligus menjadi pemimpin di dunia publik.

Baca juga : Politik Identitas Jender

Kemerdekaan kaum perempuan untuk membuat usaha dan mengecap pendidikan tinggi, bahkan turut serta aktif dalam dunia perang dan militer, sebuah pemandangan yang amat langka saat itu. Nabi sendiri memberi contoh, menyemangati kaum perempuan untuk berkarya, seperti halnya kaum laki-laki.

Dalam kasus pembebasan tawanan perang Badr, kaum perempuan diberi kesempatan mendapatkan pendidikan keterampilan usaha dari bekas tawanan perang, sesuai dengan talenta yang dimiliki.

Baca juga : Akhlak Terhadap Minoritas Dan Mayoritas

Banyak lagi contoh lain, hingga yang membuat Prof Yvonne Haddad, seorang gurubesar di Georgetown Universiti Washington DC berkesimpulan, bahwa seandainya tidak ada agama Islam, mungkin hingga saat ini perempuan belum merdeka.

Meskipun ia beragama Katolik, ia berani mengungkapkan, kaum perempuan harus berterima kasih dengan kehadiran Islam, karena jasanya telah mengangkat martabat perempuan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.