Dark/Light Mode

Menghemat Politik Identitas (34)

Menghindari Tasyaddud Dan Ghuluw

Minggu, 18 September 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tasyaddud dan ghuluw adalah dua istilah yang selalu berkonotasi negatif dalam Islam. Tasyaddud ialah sebuah tindakan yang berusaha mengontrol pengamalan syari’ah dalam masyarakat melalui cara-cara kekerasan. Tasyaddud sering dihubungkan dengan kelompok radikal atau kelom­pok garis keras (hard liner).

Sedangkan ghuluw ialah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam menjalankan praktek syari’ah, sehingga terkadang tidak menghiraukan kemaslahatan dan hak-hak pribadi, keluarga, dan masyarakat. Sekalipun kedua isti­lah ini berbeda, tetapi keduanya sama-sama menjalankan praktek keagamaan yang keras dan keduanya tidak pernah direkomendasikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Banyak sumber dalam Al-Qur’an dan hadis yang mencela kedua sifat negatif ini. Suatu ketika, Rasulullah didatangi seorang sahabatnya dengan mengatakan, Alhamdulillah, saya sudah lama tidak lagi makan siang.

Baca juga : Islam Sebagai Agama Terbuka

Rasulullah bertanya, kenapa? Dia menjawab karena ber­puasa sepanjang hari. Rasulullah bukannya memberikan apresiasi positif, tetapi marah dengan mengatakan, saya Nabi, tetapi masih memberi hak terhadap anggota badan untuk makan.

Dalam hadis lain, Rasulullah meminta sahabat-sahabatnya cu­kup dengan puasa Dawud, puasa Senin-Kamis, dan lain-lain.

Tidak lama kemudian datang lagi seorang sahabat ke­padanya dan menyampaikan kepada Rasulullah bahwa alhamdulillah, sudah lama saya tidak tidur malam.

Baca juga : "Masuklah Melalui Pintu Yang Berbeda-beda"

Rasulullah bertanya kenapa? Sahabat itu menjawab, malam-malam aku gunakan shalat sepanjang malam. Rasulullah menjawab dengan agak kesal dengan mengata­kan, saya ini Nabi, tetapi tetap memberikan hak-hak badan saya untuk tidur. Sahabat lain datang lagi menyampaikan kepada Rasulullah kalau dirinya sudah tidak pernah lagi berhubungan suami isteri.

Rasulullah bertanya kenapa? Lalu dia menjawab, ha­bis waktu saya untuk beribadah dan membersihkan diri. Rasulullah menanggapinya dengan agak marah, saya ini Nabi tetapi masih tetap memberikan hak-hak kepada isteri-isteri saya.

Dialog Rasulullah dengan sahabat-sahabatnya seba­gaimana dijelaskan di atas menunjukkan bahwa beribadah sekalipun jika berlebihan juga tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan (al-ghuluw) tidak baik.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.