Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (1)

Antara Otoritas Agama dan Otoritas Politik

Rabu, 17 Mei 2023 06:15 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Ketika Nabi masih hidup, pemisahan kapasitas Nabi sebagai pemimpin pemerintahan dan sebagai Nabi tidak banyak muncul, karena Nabi masih hidup dan terkadang turun wahyu untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.

Sebagai contoh, Nabi sering berpolemik dengan Umar dan seringkali ayat turun melerai polemik itu.

Bahkan ada yang agak ironis, sering ada ayat turun bukan memihak kepada pendapat Nabi tetapi mendukung pendapat Umar.

Ada sebuah disertasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas ayat-ayat yang memihak kepada Umar ketika ia berpolemik dengan Nabi. Nabi juga beberapa kali menyatakan:

Baca juga : Makna Spiritual Silaturahmi

“Antum a’lamu bi umur dunyakum” (Kalian lebih mengerti urusan keduaniaan kalian”.

Kapasitas Nabi sebagai Nabi atau Rasul jelas tak mungkin dibantah para sahabat.

Akan tetapi kebijakan Nabi yang bersifat kontemporer duniawi, Nabi sering bersikap lebih demokratis.

Suatu ketika, Nabi menghadapi persoalan dilematis tawanan perang. Apakah mereka diselesaikan secara adat atau cara lain.

Baca juga : Memelihara Akhlak Berpolemik

Nabi melemparkan kepada para sahabatnya akan hal ini. Umar ibn Khathab mengusulkan penyelesaian secara adat. Laki-lakinya dieksekusi mati dan perempuannya diperbudak.

Abu Bakar tidak setuju pendapat Umar dan mengusulkan agar para tawanan perang itu dipilah berdasarkan potensi dan keahlian yang dimilikinya.

Mereka yang memiliki keahlian dibebaskan dengan cara mengajarkan keterampilannya kepada masyarakat Madinah, baik Muhajirin maupun Anshar.

Nabi menyetujui pendapat Abu Bakar lalu Nabi meminta para tawanan perang yang expertist mengajarkan keterampilannya di depan satu kelas maksimum 20 orang.

Baca juga : Konfigurasi Identitas Itu Indah

Musyawarah dan mufakat paling banyak digunakan Nabi di dalam menyelesaikan setiap persoalan.

Dengan diinspirasi berbagai kearifan Nabi di dalam menyelesaikan persoalan politik kontemporer, maka tepatlah rumusan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

Ini merupakan legacy politik kontemporer Nabi kepada bangsa Indonesia.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.