Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (11)

Memperkenalkan Kebebasan Yang Terukur

Senin, 29 Mei 2023 06:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pola-Pola suksesi kepe­mimpinan para khulafaur ra­syidin ditambah dengan suk­sesi sesudahnya, menunjukkan betapa bervariasinya sistem suksesi politik di dalam dunia Islam.

Hal itu juga mencerminkan bahwa persoalan politik adalah masalah kontemporer yang selalu berkembang seiring dengan tingkat perkembangan kecerdasan, kematangan, dan kondisi objektif di setiap ma­syarakat.

Islam hanya menanamkan nilai-nilai etis di dalam men­jalankan politik praktis.

Empat pergantian khalifah tidak satu pun yang mempunyai pola yang sama. Abu Bakar diangkat melalui musyawarah terbuka, terutama per­wakilan dari lima tokoh ma­syarakat saat itu.

Baca juga : Konfigurasi Identitas Itu Indah

Yaitu, wakil dari kelompok Muhajirin yang dipercayakan kepada Abu Bakar, dan ke­lompok Anshar diwakili oleh kedua suku terbesarnya, yakni suku khazraj dan suku ‘Aus.

Umar diangkat melalui reko­mendasi pendahulunya tanpa melalui pemilihan, hanya me­lalui konsultasi terbatas Abu Bakar dengan para sahabat senior.

Usman diangkat melalui pemilihan terbuka oleh Dewan Formatur yang ditunjuk oleh Umar menjelang wafatnya.

Ali diangkat melalui pemili­han terbuka tetapi sejumlah sahabat senior tidak ikut di dalamnya dan menyebab­kan cacatnya pertemuan itu, yang kemudian menyebabkan tampilnya Muawiyah men­gambil alih kekuasaan melalui “kepicikan” politik yang di­rekayasa oleh kelompoknya.

Baca juga : Faktor Negara-negara Asing

Muawiyah inilah yang menancapkan kembali tradisi kerajaan yang kembali mem­perkenalkan pola suksesi berdasarkan garis keturunan, sebagaimana juga berlaku di pusat-pusat kerajaan besar yang ada di kawasan Timur Tengah dan Eropa saat itu.

Sesungguhnya kepiawaian Abu Bakar sudah membaca isu suksesi kepemimpinan ini dengan hati-hati.

Ia tidak melakukan musyawarah atau pemilihan terbuka di dalam upaya suksesi kepe­mimpinan, karena khawatir akan munculnya perpecahan dan konflik.

Ia menyadari bahwa kema­tangan politik dan kesadaran berbangsa masih sangat riskan. Maka ia merekomendasikan nama tunggal yaitu Umar untuk menggantikan dirinya.

Baca juga : Pengalaman Suksesi Pasca Khulafaur Rasidin

Sebenarnya Umar juga me­nyadari akan hal itu. Maka ia merekomendasikan tim forma­tur yang ia pilih sendiri ber­dasarkan pengalaman bahwa orang-orang yang duduk di tim formatur itu sudah cukup matang untuk menyelesaikan proses pergantian kepemimpinan.

Usman mencoba memperke­nalkan pemilihan terbuka, tetapi ternyata tidak berhasil menghimpun para sahabat dan para tokoh secara utuh. Akibatnya, muncul chaos di dalam pemilihan itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.