Dark/Light Mode
Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (11)
Memperkenalkan Kebebasan Yang Terukur
RM.id Rakyat Merdeka - Pola-Pola suksesi kepemimpinan para khulafaur rasyidin ditambah dengan suksesi sesudahnya, menunjukkan betapa bervariasinya sistem suksesi politik di dalam dunia Islam.
Hal itu juga mencerminkan bahwa persoalan politik adalah masalah kontemporer yang selalu berkembang seiring dengan tingkat perkembangan kecerdasan, kematangan, dan kondisi objektif di setiap masyarakat.
Islam hanya menanamkan nilai-nilai etis di dalam menjalankan politik praktis.
Empat pergantian khalifah tidak satu pun yang mempunyai pola yang sama. Abu Bakar diangkat melalui musyawarah terbuka, terutama perwakilan dari lima tokoh masyarakat saat itu.
Baca juga : Konfigurasi Identitas Itu Indah
Yaitu, wakil dari kelompok Muhajirin yang dipercayakan kepada Abu Bakar, dan kelompok Anshar diwakili oleh kedua suku terbesarnya, yakni suku khazraj dan suku ‘Aus.
Umar diangkat melalui rekomendasi pendahulunya tanpa melalui pemilihan, hanya melalui konsultasi terbatas Abu Bakar dengan para sahabat senior.
Usman diangkat melalui pemilihan terbuka oleh Dewan Formatur yang ditunjuk oleh Umar menjelang wafatnya.
Ali diangkat melalui pemilihan terbuka tetapi sejumlah sahabat senior tidak ikut di dalamnya dan menyebabkan cacatnya pertemuan itu, yang kemudian menyebabkan tampilnya Muawiyah mengambil alih kekuasaan melalui “kepicikan” politik yang direkayasa oleh kelompoknya.
Baca juga : Faktor Negara-negara Asing
Muawiyah inilah yang menancapkan kembali tradisi kerajaan yang kembali memperkenalkan pola suksesi berdasarkan garis keturunan, sebagaimana juga berlaku di pusat-pusat kerajaan besar yang ada di kawasan Timur Tengah dan Eropa saat itu.
Sesungguhnya kepiawaian Abu Bakar sudah membaca isu suksesi kepemimpinan ini dengan hati-hati.
Ia tidak melakukan musyawarah atau pemilihan terbuka di dalam upaya suksesi kepemimpinan, karena khawatir akan munculnya perpecahan dan konflik.
Ia menyadari bahwa kematangan politik dan kesadaran berbangsa masih sangat riskan. Maka ia merekomendasikan nama tunggal yaitu Umar untuk menggantikan dirinya.
Baca juga : Pengalaman Suksesi Pasca Khulafaur Rasidin
Sebenarnya Umar juga menyadari akan hal itu. Maka ia merekomendasikan tim formatur yang ia pilih sendiri berdasarkan pengalaman bahwa orang-orang yang duduk di tim formatur itu sudah cukup matang untuk menyelesaikan proses pergantian kepemimpinan.
Usman mencoba memperkenalkan pemilihan terbuka, tetapi ternyata tidak berhasil menghimpun para sahabat dan para tokoh secara utuh. Akibatnya, muncul chaos di dalam pemilihan itu.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.