Dark/Light Mode

Bangkitnya Kumbokarno

Senin, 30 September 2019 09:38 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Maraknya unjuk rasa oleh mahasiswa dan pelajar selama tiga hari menuntut revisi UU KPK dapat mengancam sistem demokrasi Indonesia. Diperlukan kearifan dialog antara pengunjuk rasa, pemerintah dan DPR dalam mencari solusi bangsa.

Kegaduhan berita-berita bohong dan ujaran kebencian di media sosial ikut mempengaruhi rusaknya tatanan demokrasi.

Ancaman terhadap runtuhnya sistem demokrasi bukan saja terjadi di Indonesia. Negara yang pemimpinnya melakukan praktik otoritarianisme, secara tidak langsung ikut merusak pagar-pagar demokrasi.

Seperti diberitakan The New York Times pekan silam, Departemen Kehakiman Amerika telah berubah dari agen penegakan hukum menjadi organisasi yang didedikasikan untuk menghukum lawan-lawan politik Donald Trump.

“Lalu siapa yang membangunkan para mahasiswa Mo, setelah hampir 21 tahun tidak bergerak?” tanya Petruk.

Baca juga : Hanoman Obong dan Pembakaran Hutan

Romo Semar diam tidak serta merta menjawab pertanyaan Petruk. Kepulan asap rokok klobot dan pahitnya kopi tidak mampu mengusir kegalauan pikiran Romo Semar.

Ingatan Romo Semar tertuju zaman kehancuran Alengka dan bangunnya Kumbokarno dari bertapa tidur.

Kocap kacarito. Perang brubuh antara Prabu Rama Wijaya dan Rahwana sudah di penghujung. Pasukan Rama Wijaya berhasil memporakporandakan pertahanan Alengka.

Rahwana walaupun memiliki kesaktian luar biasa tumbang oleh Rama Wijaya. Aji Panca Sona milik Rahwana tidak mampu mengimbangi kesaktian panah sakti Gua Wijaya milik Prabu Rama.

Banyak senopati Alengka gugur di ta ngan pasukan Poncowati. Melihat Alengka di ambang kekalahan Rahwana minta Indrajid membangunkan Kumbokarno yang melakukan tapa tidur di puncak gunung Gohmuko.

Baca juga : Pandu Naik Surga

Tidak gampang Indrajid membangunkan pamannya yang sedang bertapa tidur. Konon, Kumbokarno dan Wibisana tidak sepaham dengan apa yang dilakukan Rahwana menculik Dewi Shinta.

Karena keduanya menentang kebijakan Rahwana, keduanya diusir dari kabinet Rahwana. Gunawan Wibisana memilih bergabung dengan Rama Wijaya. Sedangkan Kumbokarno memilih bertapa tidur di gunung Gohmuko.

Kumbokarno bersedia maju perang bukan untuk mendukung kebijakan kakaknya Rahwana. Kumbokarno melawan pasukan Rama Wijaya ka rena ingin membela tumpah darah Alengka.

Kumbokarno berjuang untuk rakyat dan kerajaan Alengka sampai titik darah terakhir. Dan Kumbokarno akhirnya gugur sebagai kusuma bangsa oleh panah sakti Lesmana adik Rama Wijaya.

“Kerajaan Alengka hancur karena elitenya tidak kompak ya, Mo,” celetuk Petruk membuyarkan lamunan Romo Semar. “Kalau saja Rahwana mau mendengar saran kedua adiknya Kum bokarno dan Wibisana, Alengka tidak mengalami kehancuran,” jawab Romo Semar.

Baca juga : Rebutan Wewenang Mayapada

“Yang membangunkan Kumbokarno dari bertapa tidur adalah Indrajid atas suruhan Rahwana. Lalu siapa yang membangunkan para Mahasiswa Mo?” sela Petruk. Romo Se mar tetap tidak mau menjawab sam bil menghirup napas dalam-dalam.

“Ketika lembaga-lembaga yang seharusnya melayani publik telah berubah menjadi alat partai yang berkuasa kemudian dipersenjatai untuk menghukum dan mengintimidasi lawanlawan politiknya, maka di situlah pilar demokrasi akan hancur dan Kumbokarno akan bangun dari tidurnya,” papar Romo Semar. Oye. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.