Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (28)

Ahlan Wa Sahlan Presiden dan Wapres (1)

Senin, 21 Oktober 2019 07:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Puncak pesta demokrasi yang ditandai Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih masa jabatan 2019-2024 sudah dilaksanakan, kemarin.

Sebagai warga bangsa yang menjunjung tinggi asas demokrasi di dalam menentukan pemimpin negara, idealnya kita bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena tidak semua negara bisa memilih pemimpinnya melalui pesta demokrasi secara terbuka.

Masih banyak negara yang belum bisa memilih kepala negaranya melalui pesta demokrasi. Dalam negara demokrasi, setiap warga negara berhak dipilih dan memilih kepala negara.

Baca juga : Menyingkap Misteri Sunnatullah

Masih banyak negara tidak melibatkan segenap warganya di dalam memilih pemimpinnya. Para calon pemimpin negara mereka masih bergulir di kalangan keluarga kerajaan atau kelompok oligarki lainnya.

Yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden ialah Bapak Ir. H. Joko Widodo dan K.H. Ma’ruf Amin.

Sebuah kombinasi yag menarik karena menggabungkan antara intelektual dan ulama, antara jebolan Pendidikan Tinggi formal dan jebolan Pendidikan Pondok Pesanteren. Antara orang yang berusia relatif lebih mudah dan orang yang lebih senior, dan antara disiplin Pendidikan umum dengan orang yang berlatar belakang Pendidikan agama.

Baca juga : Ketika Menjadi Mustadhafin (1)

Dengan demikian, terjadi perpaduan antara orang yang berbackground Pendidikan umum dan Pendidikan agama (Islam). Kita berharap kedua figur ini mampu memimpin bangsa Indonesia yang dipadati penduduk padat dan dengan budaya yang majemuk.

Pak Jokowi dan Pak K.H. Ma’ruf Amin masing-masing memiliki karakter dan kepribadiannya masing-masing.

Pak Jokowi lebih sering menampilkan diri sebagai warga masyarakat biasa yang lebih bersahaja. Costum sehari-harinya dominan batik atau kemeja putih dengan celana gelap. Sementara Pak K.H. Ma’ruf Amin lebih sering menggunakan uniform Kiyai atau ulama yang menggunakan sarung, jas, dan peci.

Baca juga : Berharap Kepada Kelas Menengah Santri (2)

Pak Jokowi lebih sering kita lihat melontarkan penjelasan dengan menggunakan pendekatan induktif-kualitatif, sesuai dengan pengalamannya dalam pemerintahan sebagai mantan Wali Kota, Gebernur, dan sebagai Kepala Negara.

Berbeda dengan K.H. Ma’ruf Amin lebih sering menggunakan Bahasa deduktif-kuantitatif, sesuai dengan pengalamannya selama ini sebagai guru dan sebagai ulama.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.