Dark/Light Mode

Menyingkap Misteri Sunnatullah

Minggu, 20 Oktober 2019 07:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sunnatullah berasal dari dua akar kata, yaitu sunnah dalam bahasa Arab sering diartikan den-gan berbagai jalan (al-tharaiq), gambaran (al-shuwar), ketentuan (al-qawanin), dan cara berfikir (al-manhaj).

Contoh penggunaannya dalam Al-Qur’an ialah: Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S. Ali ‘Imran/3:137).

Yang dimkasud “sunnah-sunah Allah” (sunan) dalam ayat ini ialah ketentuan atau rumus-rumus kehidupan yang ditetapkan Allah SWT terhadap manusia.

Baca juga : Ketika Menjadi Mustadhafin (1)

Kenyataan hidup yang menjadi sunnatullah dimaksudkan sebagai pelajaran berharga bagi manusia di dalam menjalani kehidupannya. Manusia seharusnya tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama karena Allah SWT telah memberikan contoh dari perjalanan hidup manusia.

Sebaliknya manusia semestinya menempuh perjalanan dengan meniru jalan kehidupan yang sukses di masa lampau.

Rumus-rumus kehidupan itu dipertegas lagi di dalam beberapa ayat lainnya seperti: (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu. (QS. Al-Isra’/17:77).

Baca juga : Berharap Kepada Kelas Menengah Santri (2)

Dalam ayat lain dikatakan: Sebagai sunah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (QS. Al-Ahdzab/33:62).

Kedua ayat terakhir ini menegaskan sunnatullah pada diri manusia dan kehidupan masyarakat tidak akan terjadi perubahan.

Dengan demikian, manusia bisa belajar dari sejarah untuk meraih sukses dan tidak jatuh di dalam perjalanan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Baca juga : Berharap Kepada Kelas Menengah Santri (1)

Jika manusia, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, menjalani kehidupannya dengan sembrono, tidak belajar dari sunnatullah yang terbentang dalam sejarah, maka ia akan memperpendek usianya.

Dalam Al-Qur’an, ajal bukan hanya menimpa orang perorangan tetapi juga sebagai komunitas masyarakat.

Sebagaimana ditegaskan dalam ayat: Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (ajal); maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (Q.S. al-A’raf/7:34). ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.