Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Bulan Ramadhan telah berlalu. Di dalamnya terdapat ujian berlapis. Selain harus berpuasa untuk tidak makan, tidak minum, dan berhubungan suami isteri, juga muncul ujian tambahan berupa virus corona yang mengintai kita di depan pagar.
Di dalamnya, umat Islam banyak memiliki doa seragam yang ketika agama dirasakan terlalu ritual dogmatis, membatasi, konservatif, tradisional, statis, kaku, tekstual, deduktif, kualitatif, dan terlalu berorientasi masa lampau, atau terlalu jauh meloncat ke hari akhirat.
Sementara lingkungan pacu kehidupan kita dirasakan terlalu rasional, bebas, terkadang liberal, dinamis, mobile, canggih, kontekstual, kuantitatis, induktif, berorientasi kekinian kedisinian; ketika hati dan pikiran tidak lagi merasakan kesejukan sentuhan agama atau ketika pola hidup sehari-hari kita semakin berjarak dengan ajaran luhur agama, maka pada saat seperti ini kita menyiapkan waktu khusus untuk mengevaluasi pandangan hidup (world view) kita.
Baca juga : Indonesia, China dan Islam (2)
Saat-saat seperti ini kita memerlukan konsultan spiritual. Ketika uang banyak, harta melimpah, jabatan tinggi, kedudukan strategis, pekerjaan mapan, anggota keluarga yang sukses, suami atau isteri yang serasi, relasi usaha yang banyak, rumah besar, dan kendaraan cukup, akan tetapi belum mengantarkan kita kepada ketenangan, kebahagiaan, dan ketenteraman, bahkan hidup dan kehidupan ini terasa gersang, kering, dan hambar.
Maka ini sudah cukup menjadi bukti bahwa kita sedang membutuhkan sesuatu yang lain. Kita harus menyiapkan waktu khusus untuk mencari sesuatu itu sebelum terlambat. Saat-saat seperti ini kita perlu menyiapkan waktu khusus untuk melakukan kontemplasi/berhalwat, menelusuri relung paling dalam jiwa kita.
Lebih baik jika mengikuti ibadah-ibadah khusus atau melakukan wisata rohani yang terprogram. Ketika kenyamanan tidak lagi bisa terasa di dalam hotel berbintang, ketika kelezatan tidak lagi bisa terasa di restoran mewah, ketika kesejukan tidak lagi bisa dirasakan di sela rindangnya pepohonan, ketika kemerduan dan keindahan tidak lagi terasa saat mendengar kicau burung dan derunya ombak.
Baca juga : Ujian Ganda Melahirkan Manusia Sejati (2)
Ketika kebahagiaan tidak lagi bisa dirasakan ditengah tawa canda keluarga, ketika keterharuan tidak lagi terasa di tengah kerumunan temanteman semasa remaja, ketika kerinduan tidak lagi muncul saat menatap dalam-dalam foto wajah ibu, dan ketika air mata cinta tidak pernah lagi terurai di atas sajadah, maka kita harus segera istigfar dan bertobat.
Akhirnya kita semua semakin sadar bahwa teori kepuasan hidupnya Abraham Maslow (1908 - 1970) tidak cukup. We need more!. Yang kita butuhkan sesungguhnya ialah kedekatan diri dengan Tuhan (Taqarrub Ila Allah). Kepuasan sejati berujung ke Sana.
Al gina gina alnafs (kekayaan sejati adalah kekayaan batin). untuk apa memilki rumah besar kalau seperti rumah sakit, yang isinya orang-orang sakit dan sedih. untuk apa memiliki mobil mewah kalau seperti ambulans yang isinya orang mati atau setengah mati.
Baca juga : Ujian Ganda Melahirkan Manusia Sejati (1)
Jika seandainya pengandaian dibenarkan, lebih baik gubuk isinya surga dari pada istana isinya neraka. untuk itu kita jangan hanya berpegang kepada kulit agama tetapi juga kepada isinya. Mari kita beragama secara utuh dan sudah memahami substansi ajaran yang di bawahnya. Allahu a’lam. ***
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.