Dark/Light Mode

Reartikulasi Spirit Fikih (2)

Jumat, 5 Juni 2020 09:02 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - AL-Quran berisi tuntunan hidup 24 jam kehidupan umat manusia, sehingga perlu berada di sisi paling gampang untuk diakses manusia. Dengan cara seperti ini, maka Al-Qur’an akan tampil sebagai hudan li al-nas wa rahmah (petunjuk dan rahmat bagi manusia).

Kita perlu mendukung gagasan Prof Quraish Shihab untuk membumikan Al-Qur’an. Beliau mendirikan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) yang di dalamnya betul-betul diproyeksikan nilai-nilai Al-Qur’an bisa menjadi sahabat aktual manusia dalam berbagai kapasitasnya.

Baca juga : Reartikulasi Spirit Fikih (1)

Al-Qur’an adalah sahabat manusia dalam berbagai level dan tingkatan. Lebih jauh kegiatan PSQ bukan hanya mendalami makna teks tetapi pada saat bersamaan juga mendalami realitas masyarakat sebagai obyek aktualisasi teks.

Al-Qur’an diturunkan untuk manusia, karena itu semua ayat-ayatnya harus dapat difahami oleh manusia. Tidak manusiawi Al-Qur’an itu jika ada ayat-ayatnya sulit difahami di dalam konteks kehidupan.

Baca juga : Hakekat Silaturrahim (3)

Jika ada ayat-ayat yang berat difahami, misalnya ayat-ayat mutasyabihat, maka diupayakan untuk ditakwil. Takwil artinya menga-lihkan makna denotatif kepada makna konotatif suatu ayat, demi memperoleh pemahaman yang kongkrit.

Namun perlu diingat bahwa pembumian Al-Qur’an sesungguhnya untuk melangitkan kembali umat manusia. Manusia pada awalnya penghuni langit (syurga) tetapi karena pelanggaran yang pernah dilakukan nenek moyang kita Adam dan Hawa, maka manusia dijatuhkan ke bumi.

Baca juga : Hakekat Silaturrahim (2)

Al-Qur’an bagaikan “surat undangan” Tuhan untuk mengundang kembali anak manusia kembali ke kampung halaman awalnya di syurga. Siapa yang meng-indahkan dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an dalam kehidupannya, maka dia pasti akan kembali ke kampung halamannya di syurga.

Dalam era new-normal yang sedang digalakkan hampir semua negara di dunia saat ini, sudah seharusnya, kita khususnya para ulama, untuk lebih proaktif membaca ulang kitab-kitab fikih klasik yang selama ini masih terlalu dominan menjadi referensi di dalam masyarakat. Kini sudah saat-nya kita memiliki “Fikih Baru” untuk masyarakat New Normal. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.