Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

SOS, Pemenuhan Alokasi Pupuk Bersubsidi!

Kamis, 3 September 2020 08:46 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak mudah memberikan definisi “ketahanan”, resilience. Sebuah kamus memberikan arti resilience “the power or ability to return to the original form, position, etc., after being bent, compressed, or stretched”. kemampuan seseorang, organisasi, institusi atau bangsa untuk bangkit/ kuat kembali setelah mengalami pukulan hebat dari luar. ketahanan ekonomi berarti kemampuan suatu bangsa untuk bertahan, bahkan menguat kembali perekonomiannya setelah dihantam covid-19 atau dihantam resesi parah.

Ketahanan bukan hanya terbatas di bidang militer, dan ekonomi. Yang tidak kalah penting adalah ketahanan ideologi, ketahanan budaya dan ketahanan pangan. ketahanan budaya bangsa indonesia saat ini boleh dikatakan “loyo”. Sejak 6-7 tahun yang lalu generasi muda kita ramai-ramai “kegilaan” dengan musik K-Pop. Hidup seks bebas di kalangan anak muda–juga orang gede–semakin memprihatinkan. Tidak heran, pelacuran dalam segala ragam semakin merajalela di seantero negara kita, termasuk online-prostitution.

Baca juga : Buruh Dan Pengusaha Memang Sulit Berdamai!

Yang kerap tidak diperhatikan oleh suatu bangsa, termasuk Bangsa indonesia -- adalah ketahanan pangan. Rakyat kita setiap hari umumnya mengkonsumsi nasi. Makan serasa belum kenyang tanpa nasi. Maka, produksi beras selalu harus dijaga cukup. Jika kita terlalu bergantung pada impor beras, otomatis ketahanan pangan kita “memble”. Oleh sebab itu, Presiden Soeharto sejak awal sudah serius memikirkan dan mewujudkan kebijakan “swasembada beras”. Wacana “swasembada beras” akhirnya tercapai. dan Pak Harto pun memperoleh penghargaan tinggi dari FaO di Roma.

Politik beras indonesia sejak era reformasi penuh misteri. Secara retorika, pemerintah selalu berteriak akan berjuang untuk mencapai swasembada beras; tapai dalam praktek tampaknya tetap “setengah hati”. kegemaran impor beras masih terus berjalan, sebagian karena ada petinggi-petinggi kita yang berusaha keras untuk mengimpor beras dengan alasan yang sudah sama-sama kita ketahui.

Baca juga : Buang Segera Persepsi `Hantu TNI`

Pemerintah Jokowi sejak 2014 sudah menyatakan tekadnya untuk menghentikan impor beras; tekadnya sempat terwujud. Toh, diam-diam ada juga menterinya yang “getol” impor beras, diam-diam mendatangkan beras dari luar negeri padahal Menteri Pertanian sudah teriak-teriak produksi beras cukup, bahkan lebih. Syahdan, sampai-sampai Bulog kekurangan gudang untuk menyimpan stok beras dari petani. Lebih dari itu, Budi Wasesa, kepala Bulog, sampai bersusah-payah menyewa gudang untuk menyimpan stok beras!
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.