Dark/Light Mode

Penutupan Enam Toko Giant Menambah Panjang Daftar Gerai Yang Tumbang

TUTUM RAHANTA : Outlet Yang Ditutup Tidak Bisa Mandiri

Jumat, 28 Juni 2019 11:13 WIB
Penutupan Enam Toko Giant Menambah Panjang Daftar Gerai Yang Tumbang TUTUM RAHANTA : Outlet Yang Ditutup Tidak Bisa Mandiri

RM.id  Rakyat Merdeka - Pekan ini, raksasa retail Giant mengejutkan publik dengan mengumumkan rencana penutupan enam gerainya di Jabodetabek. Rencana tutup toko tersebut diikuti pesta diskon sampai 50 persen di enam Giant Ekstra dan Ekspress yang akan ditutup ketika stok habis. 

Enam gerai yang ditutup adalah Giant Ekspress Mall Cinere, Giant Ekspress Mampang, Giant Ekspress Pondok Timur Tambun, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur dan Giant Ekstra Wisma Asri. Hal ini menambah panjang daftar gerai Giant yang ditutup. Pada awal tahun, sudah 26 gerai milik Hero tersebut yang berhenti beroperasi. Malah, pada 2016, Hero Supermarket sudah lebih dulu memutuskan untuk menutup seluruh gerai retail Startmart. 

Direktur PT Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo menyampaikan, penutupan gerai ini merupakan dampak dari persaingan bisnis retail yang meningkat. Perubahan pola perilaku belanja konsumen dituding sebagai musababnya. Menyikapi kondisi tersebut, perusahaan pun memutuskan mentransformasi bisnisnya demi tetap bertahan. “Kami telah mengambil tindakan untuk mengatur kembali dan re-energize Giant guna memastikan dapat memenuhi preferensi pelanggan yang terus berkembang,” ucap Hadrianus. 

Baca juga : MUHAIMIN ISKANDAR : Anggota Koalisi 01 Sudah Kegemukan

Sebenarnya bagaimana sektor ritel saat ini? Kenapa semakin banyak ritel yang tutup toko? Apa penyebabnya? Bagaimana nasib karyawannya? Berikut pembahasannya dari Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta dan tanggapan Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri.

Bagaimana Anda melihat penutupan beberapa gerai Giant? 
Penutupan pasti ada alasannya. Pasti outlet yang ditutup itu tidak bisa mandiri. Baik dari operasional, untuk membayar sewa. Intinya, dia tidak bisa membiayai kehidupan sendiri, sehingga berdampak tidak bisa berkontribusi secara keseluruhan. Sehingga, ini dipertimbangkan lebih baik menutup daripada mempertahankan. Biasanya seperti itu. 

Penyebabnya saat ini apa? 
Banyak faktor. Saya kira persaingan sesama pemain pasti ada. Antara pemain yang sejenis, hingga format yang lain. 

Baca juga : BARA HASIBUAN : Secara Informal, Ada Pembicaraan

Penutupan ritel bisa juga karena ketidakmampuan manajemen? 
Saya tidak salahkan itu. Betul. Memang unsur itu ada. Bahwa ini karena manajemn internal, sehingga marketingnya nggak jalan. Karena memang, perusahan lain nggak tutup kok. Tapi kan porsinya memang nggak cukup. 
Selain itu masalah biaya lain seperti sewa tempat. Belum lagi gaji karyawan yang terus naik setiap tahun. Sehingga, penyebab-penyebab itulah yang harus mereka tutupi kan. Sementara untuk menaikkan pendapatan, mampu atau tidak. Setelah dipelajari, pasti dalam kurun waktu tertentu dengan prediksi kedepan, dikalkulasi akan membutuhkan energi yang tidak sedikit. Jadi, daripada ditahan, lebih baik ditutup. Begitu. 

Dari segi konsumen, apakah ada penurunan daya beli? 
Ya, kekuatan beli yang belum pulih-pulih banget. 

Maksudnya? 
Saya memberikan contoh beginilah. Kalau ada satu kandang, 100 ekor ayam harus makan agar berkembang dengan baik. Misalnya, jika persediannya 100 kilogram, maka semua ayam kebagian makan. Sementara jika hanya 90 kg, maka ada ayam yang nggak kebagian makan ataupun dibagi rata makanan tersebut, pasti nggak kenyang. 
Tetapi kalau makanan itu berlimpah, misal 100 ekor hanya butuh 100 kg, ternyata ada 120 kg sampai 150 kg, ayam yang malas bergerak saja dia pasti bisa matok. Kira-kira begitulah situasi saat ini. Dengan adanya kejadian begini, akhirnya persaingan itu semakin ketat.
 
Apa ada dampak dari penjualan online? 
Sedikit banyak ada. Namun, bukan dominan. Ini tolong dipahami. 

Baca juga : Muhadjir Effendy : Era Sekolah Favorit Sudah Selesai...

Memang seberapa persen dominasi online dan offline? 
Tetap dominan di offline. Online belum memakan porsi yang besar. Tetapi, kalau ketidakadilan itu tetap dipertahankan, jangan disalahkan jika onlinenya membesar dengan leluasa. Perusahaan yang formal ini pun tergerus dengan begitu besar. Bukan masalah porsinya, namun masalah keadilan dan kontribusinya kepada pembangunan itu yang hilang. Ini bisa sebagai alarm. 

Alarm bagaimana? 
Ya, alarm itu sendiri memang pemerintah tidak bisa melakukan apa-apa. Tetapi, efek dari unsur yang lain seperti online. Karena, online pasti akan menjadi faktor penting kalau mereka tidak diatur. Nah, itu saja. 

Masalah keadilan ini maksudnya? 
Contohnya kami bayar pajak kalau selama ini ada profit. Terus kalau misalnya online tidak memberikan kontribusi, apa yang diberikan online untuk kemajuan negara. Itulah kira-kira. [NNM]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.