Dark/Light Mode

Survei 10 Universitas Negeri, Setara Institute Endus Corak Agama Fundamentalis

Noryamin Aini : Orang Yang Fundamentalis Cenderung Tidak Toleran

Kamis, 4 Juli 2019 10:43 WIB
Survei 10 Universitas Negeri, Setara Institute Endus Corak Agama Fundamentalis Noryamin Aini : Orang Yang Fundamentalis Cenderung Tidak Toleran

RM.id  Rakyat Merdeka - Baru-baru ini, Setara Institute merilis hasil survei mengenai model beragama pada 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Hasilnya, responden yang diteliti dari mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menunjukkan bercorak agama fundamentalis. 

“Fundamentalisme beragama bisa menjadi akar eksklusivisme dan perilaku intoleran, jika visi fundamentalisme dipaksakan di ranah kehidupan sosial,” kata peneliti Setara Institute Noryamin Aini di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (30/6). Dalam penelitian ini, Setara Institute menggunakan metode kuantitatif. Jumlah responden 1.000 orang dari 10 PTN di Indonesia. 

10 kampus yang diteliti, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Mataram (Unram), UIN Jakarta dan UIN Bandung. Lantas, seperti apa penjelasan Setara dan tanggapan UIN terhadap hal ini. Berikut wawancaranya.

Baca juga : ACHMAD BAIDOWI : Kalah Ya Kalah Saja, Tak Usah Diistilahkan

Bisa Anda jelaskan terkait 10 PTN, terkhusus UIN Jakarta dan Bandung yang model beragamanya fundamentalis? 
Pertama saya ingin mengatakan begini, konsep dasar fundamentalis dan konservatif itu jangan disalahpahami buruk. Artinya tidak buruk lho ya. 

Tidak buruk? 
Kami menggunakan konsep orang yang konservatif itu, orang yang merawat agamanya. Orang yang tidak mudah menafsirkan agama dengan nalar di luar metode konvensional. 

Bagaimana dengan fundamentalis? 
Fundamentalis itu adalah cara beragama yang kuat dalam mempertahankan pendirian iman. Nah, masalahnya, orang yang fundamentalis itu mengalami kesulitan saat dia hidup dalam dunia kenyataan.
 
Maksudnya? 
Dia sering kali tidak bisa menerima kenyataan. Lalu, memaksakan kehendak, cenderung intoleran dan eksklusif. Itulah yang mau kami potret dari cara beragama. Ketika responden kami tanya dengan beberapa pertanyaan, bisa disimpulkan cara beragamanya lebih fundamentalis, ada juga yang cenderung konservatif. Itu cara pandangnya dulu. 

Baca juga : Mardani Ali Sera : Oposisi Pilihan Rasional Bagi Yang Kalah Pilpres

Kampus mana yang cara beragama mahasiswanya fundamentalis? 
Dari segi aspek paling bawah, adalah fundamentalisme mahasiswa dari kampus yang cenderung memperlihatkan skor fundamentalis lebih tinggi. Skor kami dari 1-5. Dirata-ratakan dari skor 1-5 itu, rata-ratanya 3,3. 
Ada kampus yang skornya lebih tinggi, maksudnya lebih kuat mempertahankan fundamentalisme, yaitu mahasiswa UIN Bandung, UIN Jakarta, Universitas Mataram, ITB, UNY yang rata-ratanya di atas seluruh sample penelitian ini.
 
Dari survei yang Setara Institute lakukan, kenapa sampai UIN Jakarta dan Bandung dikategorikan model beragamanya fundamentalis? 
Kan survei itu lebih banyak tahapannya memetakan modern keberagamaan. Polanya itu sederhana. Kenapa di kampus UIN itu cenderung angka fundamentalis dan konservatif tinggi. Kenapa di UI, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya itu fundamentalisnya lebih rendah. Hal ini ada kaitannya dengan hasil responden. Yang di UIN itu mereka terdidik di sekolah agama. Mereka itu ditanamkan agama mendarah daging. Mereka pun cenderung lebih kuat mempertahankan agamanya. Jadi, orang yang kuliah di UIN karena berasal dari sekolah agama, maka mereka lebih kuat memegang prinsipnya. Tidak mudah menafsir agama dengan cara-cara liberal, dari nalar yang rasional.
 
Hasil survei ini bisa dipertanggungjawabkan? 
Kalau di lingkungan UIN yang kami survei cenderung konservatif dan fundamentalis, tampaknya ini harus diuji lagi secara statistik. Tapi, pola yang terlihat secara sederhana itu adalah kelanjutan dari model beragama yang sekolah agama itu cenderung menanamkan fundamentalis dan konservatif. Itu memang pendirian yang bagus ditanamkan agar orang tidak plin-plan. 

Bentuk-bentuk pertanyaan yang Setara Institute sodorkan ke responden seperti apa? 
Standar, seperti survei-survei yang ada. Kalau segi fundamentalis itu harus menggunakan konsepnya dulu. Fundamentalis itu apa. Fundamentalis yang kami coba sosialisasikan dalam survei tersebut, pendirian yang mempertahankan keyakinan kebenaran yang ada di agama. Jadi, ada hal-hal yang memang diyakini tentang kebenarannya dan orang tidak boleh meragukan. 

Indikatornya apa saja? 
Iya, kami turunkan ke beberapa indikator. Umpamanya, ada pertanyaan tentang apakah jalan keselamatan tidak ada di agama lain. Kalau tiba-tiba orang bilang, agama itu sama saja, berarti dia tidak fundamentalis dalam prinsip kebenaran di agamanya. 

Baca juga : Hinca Pandjaitan : 14 Program Prioritas Kami Tinggal Diteruskan

Pertanyaan lain? 
Umpanya ‘hanya di agama saya jalan keselamatan itu ada’. ‘Hanya agamaku yang membuat kemudian Indonesia itu menjadi lebih sejahtera’. 

Apakah prinsip itu kuat? 
Bagi orang beragama, prinsip seperti itu harus kuat. Tapi kalau nanti bernegara, memaksakan kepada orang lain, maka akan ada keinginan untuk mendirikan negara agama. Jadi, pertanyaan kami standar, seperti pertanyaan-pertanyaan survei yang lain. Bedanya, jika survei-survei yang lain itu biasanya pertanyaan per pertanyaan ditampilkan di tabel. Kalau kami tidak, melainkan kami rangkum ini dalam variable rangkuman, dari sejumlah pertanyaan. Jadi, sejenis indeks.
 
Hal tersebut yang mendefinisikan fundamentalis cenderung ke arah intoleran? 
Kami tidak mengatakan seperti itu. Namun, orang yang fundamentalis dan konservatif, cenderung tidak toleran terhadap hal-hal di luar dari yang dia yakini. Memang akhirnya, orang-orang yang konservatif, maka dia menjaga agar tidak mudah untuk menerima ide-ide dari luar yang sekuler. Orang yang konservatif itu, tidak dengan mudah menerima keberagaman. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.