Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Cek Di Sini, 5 Penjelasan Penting BPOM Soal Vaksin AstraZeneca Yang Bikin Heboh
- Lawan Guinea, Pelatih Persib: Timnas Akan Hadapi Lawan Berat
- Piala AFC U-17 Putri, Garuda Pertiwi Muda Fokus Hadapi Korsel
- 128.000 Jemaah Haji Indonesia Nikmati Fasilitas Fast Track
- Dortmund Ke Final, PSG Cuma Kurang Beruntung
Alumni UI Dalam Pusaran Politik Praktis, Apa Yang Salah
Arief Budhy Hardono : Dukung Capres Boleh, Jangan Catut ILUNI UI
Selasa, 15 Januari 2019 10:15 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Konstelasi pemilihan presiden dan wakil presiden makin panas. Masing-masing capres-cawapres, baik paslon 01 dan 02, terus menggalang dukungan masyarakat. Sasarannya, bukan saja masyarakat umum, tapi juga masyarakat terpelajar.
Mendapat dukungan masyarakat terpelajar menjadi penting bagi pasangan capres-cawapres. Efek dominonya luas. Pasangan capres yang dapat dukungan kaum intelektual menjadi teraktrol. Tergambarkan sebagai sosok yang intelek, dan punya ‘otak.’
Efek domino lainnya, kaum intelek akan bisa menularkan dan mempengaruhi komunitas sekitarnya untuk memilih sesuai dengan pilihannya. Tak ayal, para alumni kampus pun jadi rebutan. Teranyar, masing-masing kubu memperebutkan dukungan alumni Universitas Indonesia (UI). Masing-masing kubu, baik kubu 01 maupun kubu 02, mengklaim didukung banyak alumni kampus ternama itu.
Baca juga : MARDANI ALI SERA : KPU Bekerja Saja Sesuai Aturan, Tak Perlu Takut
Sebelum kubu capres Jokowi-Ma’ruf Amin menggaet alumni UI dengan besar-besaran membuat deklarasi di Gelora Bung Karno (GBK) pekan kemarin, kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno sudah lebih dulu menggaet alumni UI.
Tarik menarik alumni UI ini menjadi kontroversi. Ikatan Alumni (ILUNI) UI ogah diseret-seret dalam politik praktis. ILUNI UI mengharamkan warga UI membawa-bawa institusi dan logo UI. Namun, secara individual, ILUNI UI tak mempermasalahkan warganya untuk mendukung, bahkan terlibat aktif dalam kubu-kubu paslon capres-cawapres yang ada.
Upaya menyeret-nyeret institusi pendidikan dalam politik praktis ini juga jadi catatan tersendiri Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Jauh-jauh hari, Menteri Riset Dikti M Nasir sudah mengimbau warga kampus dengan status Aparatur Sipil Negara alias PNS untuk tidak terlibat dalam dukung-mendukung paslon capres-cawapres. Namun, secara individu, warga kampus yang ASN itu tetap boleh mencoblos pasangan capres pada Pilpres nanti. Tentu saja sepanjang mereka memiliki hak pilih yang telah ditetapak oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca juga : HASYIM ASYARI : Proses Pemilu Hancur Itu Maksud Delegitimasi
Aksi dukung mendukung alumni UI ramai dipebincangkan. Apalagi ILUNI UI sendiri telah mengeluarkan surat protes terkait penggunaan nama institusi dan logo dalam mendukung capres-cawapres.
Ketua Umum ILUNI UI Arief Budhy Hardono menjelaskan posisi lembaga yang dipimpinnya dan posisi alumni UI secara pribadi dalam Pilpres 2019 ini. Begitupun, Inspektur Jenderal Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jamal Wiwoho menjelaskan posisi Perguruan Tinggi dan ASN dalam pusaran Piplres 2019 ini. Berikut penjelasannya:
Tanggapan Anda terkait sejumlah dukungan yang dilaku-kan Alumni UI kepada capres-cawapres 01 maupun 02?
Demi melanjutkan menjaga pemilu damai, untuk demokrasi berkualitas dan mewujudkan bangsa Indonesia yang bermartabat terkait dengan kegiatan-kegiatan dan pemberitaan-pemberitaan belakangan ini, ILUNI UI secara tegas menyatakan sebagai organisasi alumni ILUNI UI tetap menjaga independensi dan tidak berpolitik praktis.
Baca juga : SUDIRMAN SAID : Canda Tidak Lucu, Tak Perlu Atensi Untuk Remeh Temeh
Jadi ILUNI itu mendukung atau tidak kegiatan dukungan yang pernah dilakukan alumni UI kepada pasangan capres-cawapres 01 maupun 02?
Kami mendukung semua alumni UI yang berkarya di semua partai politik, atau sebagai caleg, timses dan relawan untuk mewujudkan proses demokrasi lima tahunan yang berkualitas dan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk bangsa dan negara Indonesia.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya