Dark/Light Mode

Neuroleadership Bisa Lahirkan Pemimpin-Pemimpin Hebat di Masa Mendatang

Jumat, 19 Maret 2021 20:41 WIB
Diskusi Zoom bertajuk Pendidikan, Teknologi, dan Kesehatan; Gagasan Indonesia Modern Berbisnis Neuroleadership, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Foto: Istimewa)
Diskusi Zoom bertajuk Pendidikan, Teknologi, dan Kesehatan; Gagasan Indonesia Modern Berbisnis Neuroleadership, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Prof Taruna Ikrar mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin hebat melalui Neuroleadership, ilmu yang menggabungkan kepemimpinan dan fungsi otak.

Taruna menjelaskan, otak tercipta sebagai penentu kebijakan. Bagian ini yang bertanggung jawab atas proses pengambilan keputusan.

"Kepemimpinan adalah sebuah seni yang membutuhkan keterampilan khusus. Dengan ini, seorang pemimpin akan dapat menentukan arah yang tepat dan bertanggung jawab atas apa yang ia putuskan," ujar Taruna saat menjadi pembicara dalam diskusi via Zoom bertajuk "Pendidikan, Teknologi, dan Kesehatan; Gagasan Indonesia Modern Berbisnis Neuroleadership", yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Jumat (19/3). 

Baca juga : Gus AMI: PMII Lahirkan Banyak Pemimpin Progresif

Nah, keterampilan tersebut terbentuk melalui berbagai gejolak emosi yang merupakan proses interaksi di otak. Proses tersebut bermula dari otak tengah yang terstimulasi ke otak depan.

Dari sanalah kemudian muncul kebijakan yang diteruskan menuju otak belakang. Dari proses ini, akan muncul kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.

Dibutuhkan kepekaan pemimpin dalam melakukan analisis sebelum mengambil keputusan. Seorang pemimpin memiliki pengalaman panjang dan pengetahuan luas, akan mampu mengaitkan dan menghubungkan saraf-saraf otak dengan batin dalam mengambil keputusan.

Baca juga : Sharp Indonesia Ajak Gen Z Peduli Lingkungan di Masa Pandemi

"Sehingga keputusannya pun menjadi akurat," jelas Taruna yang juga merupakan kader HMI ini. Dia juga menjelaskan, ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu.

Di antaranya, faktor akademik, kultural, dan teologi keagamaan. Seorang pemimpin berbasis NeuroLeadership akan mampu menemukan harapan rakyat. Bukan menakut-nakuti rakyat dengan berbagai ancaman.

Semakin besar harapan yang ditumbuhkan, akan membuat kepemimpinannya berlaku efektif. "Walau memang terkadang banyak sekali godaan untuk menebar ancaman yang secara neurosains sangat kuat di otak," jelas dia.

Baca juga : Pemerintah Prioritaskan Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Ekolabel

NeuroLeadership merupakan paradigma baru. Dari situ muncul pendekatan baru untuk melihat perilaku manusia berdasarkan struktur otaknya. Di dalam otak, ada 187 miliar sel saraf. 

Tiap satu sel punya kemampuan yang sama dengan satu komputer tercanggih saat ini. Koneksi itu yang menentukan prototype atau karakter seseorang.

"Apakah dia seorang yang tenang atau emosional, pemikir ekstrim, lateral atau moderat. Sinyalemen dan karakter itu dapat dipetakan dan tergambar di dalam otak," beber Taruna.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.