Dark/Light Mode

Neuroleadership Bisa Lahirkan Pemimpin-Pemimpin Hebat di Masa Mendatang

Jumat, 19 Maret 2021 20:41 WIB
Diskusi Zoom bertajuk Pendidikan, Teknologi, dan Kesehatan; Gagasan Indonesia Modern Berbisnis Neuroleadership, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Foto: Istimewa)
Diskusi Zoom bertajuk Pendidikan, Teknologi, dan Kesehatan; Gagasan Indonesia Modern Berbisnis Neuroleadership, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Pendekatan ini bahkan bisa digunakan untuk melihat kecenderungan politik seseorang berdasarkan karakter dasar partai atau calon yang dipilih.

Di Amerika Serikat (AS), jelas Taruna, pernah dibuat sebuah penelitian yang melihat kecenderungan pemilih berdasarkan struktur otaknya. Ternyata ada perbedaan struktur otak antara mereka yang memilih partai Demokrat yang notabene masyarakat kelas bawah, dan partai Republik yang notabene kalangan menengah ke atas.

Bahkan, kecenderungan pilihan itu dapat menetap hingga tujuh turunan, kecuali faktor lingkungan berhasil mengubahnya.

Baca juga : Gus AMI: PMII Lahirkan Banyak Pemimpin Progresif

Faktor genetik, memang memberi andil besar terhadap karakter seseorang. Tapi faktor lingkungan memperkaya karakter tersebut.

"Orang yang dibesarkan di lingkungan kepemimpinan yang baik oleh seorang presiden, misalnya, akan membentuk karakter pemimpin pada dirinya. Kalau karakter kurang baik, seperti anak mafia, pada akhirnya ikut menjadi mafia," jelasnya.

NeuroLeadership membahasakan kebenaran dengan bahasa akademik dan dapat dipertanggungjawabkan. "Dengan NeuroLeadership, seorang pemimpin dituntut untuk terus bergerak, tumbuh, dan berkembang menjadi lebih baik dari hari ke hari," tutur dia.

Baca juga : Sharp Indonesia Ajak Gen Z Peduli Lingkungan di Masa Pandemi

NeuroLeadership memperjuangkan positive psychology, yang melihat segala sesuatu dari sudut pandang kekuatan. Bagi Taruna, kepemimpinan berbasis otak sehat merupakan suatu kebutuhan dan harapan baru.

Sebab ke depan, dunia dihadapkan pada sesuatu yang tidak pasti, berubah-ubah, kompleks, dan ambigu.

NeuroLeadership bisa menjaga kewarasan dan ketenangan kondisi Indonesia. Pemimpin dengan NeuroLeadership akan berpola pikir bertumbuh (growth) dan transformasional, tidak tetap alias fixed dan tidak terbuka terhadap perubahan.

Baca juga : Pemerintah Prioritaskan Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Ekolabel

Juga menjauhkan pemimpin dengan otak destruktif, yang tidak mengenal kultur, sejarah, filosofi dan kondisi sosial bangsa Indonesia. Pemimpin model ini biasanya membentuk gaya memimpin otoriter.

NeuroLeadership juga bisa menjadi keteladanan, ketika fenomena sudah tidak lagi mampu menjelaskan kompleksitas.

"Dengan demikian, seluruh rakyat Indonesia dapat berbangga, karena telah memiliki model pemimpin ideal. Itulah kepemimpinan NeuroLeadership yang terpatri di dalam diri sendiri," tandasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.