Dark/Light Mode

Kepada Gubernur Anies

Ahoker Belum Move On, Kritis Cenderung Nyinyir

Minggu, 7 Juli 2019 08:01 WIB
Anies Baswedan (Foto: Istimewa)
Anies Baswedan (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah 2 tahun, Ahok ditumbangkan Anies. Tapi, para Ahoker (pendukumg die hard Ahok) belum bisa move on juga. Mereka membabi buta mengkritik Anies. Kritiknya pun cenderung nyinyir. Di mata mereka, Anies seperti gak ada benernya, padahal sudah banyak karya Anies untuk Jakarta.

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli dan pengamat politik Yunarto Wijaya adalah dua Ahoker yang paling getol mengkritik Anies. Mereka kerap mencuit di akun Twitter menanggapi segala tingkah Anies. Teranyar, mereka protes soal polemik polusi udara Jakarta. 

Diketahui, Tim Advokasi Ibu Kota menggugat sejumlah pejabat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menuntut pemenuhan hak menikmati udara bersih di Jakarta. Salah satu dari tujuh tergugat itu adalah Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta

Menanggapi tuntutan itu, Anies menyatakan akan menambah alat pemantau kualitas udara untuk mengumpulkan data lengkap soal kualitas udara Jakarta. Selama ini, data yang sering digunakan untuk melihat kualitas udara Jakarta berasal dari alat pemantau milik AirVisual yang berada di Kedutaan Besar Amerika, Gambir, Jakarta Pusat. Sehingga, menurut Anies, data yang ditunjukkan oleh AirVisual hanya di sekitar Gambir saja.

Baca juga : Jokowi Belum Puas Kinerja Kabinet

Guntur Romli dan Yunarto, kompak mencuit hal yang hampir senada menyindir kebijakan Anies ini. "Bukti bodohnya lagi @aniesbaswedan, ibarat punya anak sakit panas, bukannya beli & kasi obat tapi beli termometer lagi yang lebih mahal," cuit Guntur lewat akun @GunRomli. Analogi yang digunakan Yunarto, sama. "Anak sakit demam, yang dibeli pertama malah thermometer yang lebih mahal," cuit @yunartowijaya. 

Anies kembali dinyinyirin saat memberi pernyataan soal hujan buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang disebutnya offside. 

Untuk diketahui, BPPT menawarkan hujan buatan sebagai solusi dari tingkat polusi udara DKI Jakarta yang mengkhawatirkan. Menurut Anies, BPPT offside karena kadung mengumumkan wacana tersebut saat persiapannya belum matang.

Guntur Romli pun kembali menyindir dengan mengungkit kebijakan-kebijakan Anies. "Nah ini bodohnya @aniesbaswedan lagi, mau dibantu, dibikin hujan buatan tapi malah nuduh enggak-enggak. Sungai busuk cuma dikasih jaring, polusi udara Jakarta malah beli termometer," kicaunya lagi. 

Baca juga : Antisipasi Banjir, Gubernur Anies Segera Remajakan Mesin Pompa Air

Yang juga disoroti Guntur Romli adalah diundangnya Ustaz Felix Siauw oleh Anies untuk ceramah di Masjid Fatahillah di Balai Kota DKI, 26 Juni lalu. "Jokowi membubarkan Hizbut Tahrir yang ingin menegakkan Negara Khilafah dan melenyapkan NKRI, Anies malah mengundang tokoh Hizbut Tahrir Felix Siauw dan Muslimah Hizbut Tahrir ke Balai Kota. Ini agenda politik @aniesbaswedan, berkoalisi dengan Pengembang dan kelompok radikal," tudingnya pada 28 Juni. 

Di hari yang sama, Yunarto menyindir pernyataan Anies yang menyebut Jakarta diakui sebagai satu dari tiga kota terbaik dunia untuk perbaikan sistem transportasi dan mobilitas kota. Yunarto malah berterima kasih kepada Jokowi, Ahok, dan Djarot. "Makasih pak @jokowi, @basuki_btp, pak djarot... Terima kasih pak Anies buat informasinya," sindirnya. 

Tapi "nyanyian sumbang" para Ahoker makin nyaring terkait penerbitan izin IMB reklamasi. Berbagai kritik dan kecaman itu berkumpul dalam tagar #gabener15persen. Tagar ini sempat jadi trending topic di jagat Twitter.  Beberapa akun yang memopulerkan akun ini adalah @PartaiSocmed. Lewat berbagai cuitannya, akun tersebut membandingkan kepemimpinan Gubernur Anies dengan gubernur DKI sebelumnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

Menurut dia, sikap Ahok terhadap reklamasi sudah tepat. Tak seperti sekarang. Dulu, Ahok menolak menerbitkan IMB. Ia akan menerbitkan IMB asal pengembang mau membayar kontribusi tambahan sebesar 15 persen. Dengan kontribusi tambahan itu, Pemprov DKI bisa dapat dana sebesar Rp179 triliun. Namun usaha Ahok itu urung terlaksana.

Baca juga : Ke Kantor, Gubernur Anies Naik MRT

Guntur Romli yang dikenal sebagai pendukung die hard Ahok, ikutan membahas topik ini di akunnya. Dia bilang, dulu Ahok setuju reklamasi, mau keluarkan IMB dengan Perda ada kontribusi 15 persen dari NJOP. Sekarang Anies pura-pura tolak reklamasi tapi malah menerbitkan IMB minus kontribusi 15 persen dari NJOP. “Kalau begini siapa yang penipu, munafik dan antek pengembang taipan ya?,” cuitnya di akun @GunRomli.

Melihat fenomena Ahoker terhadap Anies ini, Guru Besar Ilmu Politik UI Prof Budyatna menilai, Ahoker belum bisa move on dari kekalahan Ahok dalam Pilgub 2017. Para Ahoker ini, garis keras. "Ya pasti akan terus dibanding-bandingkan, maklum saja, kan Ahok kalah. Dan mungkin pendukungnya belum bisa terima. Belum move on," ujar Budyatna, semalam. 

Menurut Budyatna, baik buruknya Anies, tak seharusnya menjadi bulan-bulanan Ahoker terus-terusan. Kalau pun ingin melontarkan kritik, seharusnya disampaikan dengan santun dan solutif. Tidak berdasarkan dendam karena kekalahan Ahok.

 "Kerja Anies yang bagus harus kita apresiasi, yang kurang kita kritik dengan santun. Bagaimanapun, Anies sudah terpilih jadi gubernur DKI secara sah. Ayo move on," sarannya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.