Dark/Light Mode

Perempuan Hamil Di Jakarta Waswas

Bayi Rawan Tertular Corona, Perbanyak Ruang NICU Dong

Rabu, 2 September 2020 06:31 WIB
Ilustrasi bayi yang baru lahir menggunakan pelindung wajah di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Tambak, Jakarta.  (Foto : Rakyat Merdeka/Khairizal Anwar)
Ilustrasi bayi yang baru lahir menggunakan pelindung wajah di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Tambak, Jakarta. (Foto : Rakyat Merdeka/Khairizal Anwar)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penanganan Virus Corona atau Covid-19 di Jakarta hendaknya tidak hanya konsentrasi pada orang dewasa dan anak-anak saja. Tetapi juga terhadap bayi yang rawan terpapar virus mematikan tersebut.

"Saya waswas juga bagaimana nanti nasib bayi saya ya. Bayi kan rawan terpapar Corona,’’ keluh Yanthi, warga Jakarta Timur, kemarin.

Perempuan yang lagi hamil tujuh bulan itu meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan antisipasi kemungkinan banyak bayi terpapar Corona. Antara lain dengan memperbanyak ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

Baca juga : Ombudsman Minta Kominfo Pantau Layanan Operator Pendukung Subsidi Kuota

‘’Kan sudah ada bayi yang meninggal karena tertular Covid-19 dari orang yang menjenguk. Makanya perbanyak ruang dan tempat tidur di NICU atau fasilitas lainnya,’’ harap Yanthi.

Harapan yang sama disampaikan Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Iman Satria. Dia mengusulkan, perlu ditambah fasilitas NICU untuk menjaga kelangsungan hidup bayi yang lahir dalam kondisi lemah, apalagi kalau sampai terpapar Corona.

Dari statistik, lanjut Iman, setiap tahun sekitar 10-15 persen bayi prematur yang harus dirawat di fasilitas ini. Sedangkan fasilitas NICU masih sangat kurang di Jakarta. Selain itu, butuh biaya besar untuk menunjang operasional NICU. Tentu tarif yang dibebankan kepada orang tua pasien sangat mahal.

Baca juga : Bahaya, Daya Tampung RS Menipis

“Biaya rata-rata perawatan di NICU sekitar Rp 2 juta per hari. Tentu masyarakat ekonomi lemah tidak mampu menjangkaunya,” kata Iman, di Jakarta, kemarin.

Karena itulah, sambung Iman, banyak warga yang mengeluhkan soal biaya, sehingga banyak yang memilih untuk membawa pulang si bayi dan merawatnya sendiri di rumah.

“Banyak laporan yang saya dapat, warga yang tidak mampu merawat bayi prematur di rumah. Padahal itu sangat berisiko bagi keselamatan si bayi,” ungkapnya.

Baca juga : Resmikan 12 Nama Jalan di Surabaya, Bamsoet Dorong Perusahaan Giat Lakukan CSR

Politisi Gerindra ini menyoroti serapan anggaran Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cipayung yang hanya sebesar 75,61 persen pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2019. “Kita berharap RSUD Cipayung bisa fokus pada perawatan bayi yang memerlukan ruang NICU dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Karena saya tahu saat ini masih sangat minim,” ungkapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :