Dark/Light Mode

212 Makin Lama Makin Besar, Kenapa Ya?

Senin, 3 Desember 2018 09:12 WIB
Massa Reuni 212 memadati kawasan Bundaran Patung Kuda dan sekitarnya. Peringatan dua tahun aksi 212 ini, berpusat di Monas.  (Foto: Wahyu Dwi Nugroho/Rakyat Merdeka)
Massa Reuni 212 memadati kawasan Bundaran Patung Kuda dan sekitarnya. Peringatan dua tahun aksi 212 ini, berpusat di Monas. (Foto: Wahyu Dwi Nugroho/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mengagetkan juga menggetarkan. Peserta Reuni 212, kemarin, membludak. Diperkirakan, ada 8 juta orang hadir. Jumlah yang sangat besar. Lebih besar dari aksi 212 tahun 2016 saat pertama kali digelar.

Kenapa 212 makin membesar? Padahal tidak ada lagi kasus penistaan agama. Ahok juga masih dipenjara. Lalu apa pemicunya?

Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno punya analisis tajam soal kenapa peserta reuni 212 membludak. Seperti apa aksi reuni 212, kemarin? Soal banyaknya bisa simpang siur. Tapi, di mana kepalanya, di mana ekornya massa yang hadir, bisa kelihatan dengan jelas. Dari Monas hingga ke arah utara, Kwitang, dipadati para peserta berbaju koko putih.

Baca juga : Jokowi Minta Dana Desa Jangan Diputar Ke Jakarta

Ini jelas momentumnya Pilpres. Apalagi tinggal 5 bulan lagi. Kalau cuma Lillahi Ta'ala nggak akan seramai itu. Itu di luar ekspektasi, kaget juga," ujarnya kepada Rakyat Merdeka,

Dari pantauan drone, terlihat massa Reuni 212 yang diprediksi berjumlah 8 juta orang memutihkan kawasan Monas dan sekitarnya. (Foto: Wahyu Dwi Nugroho/Rakyat Merdeka) 

Menurut Adi, reuni 212 tahun 2017 sepi peminat. Soalnya, tak ada momen politik. Sekarang momentumnya politik. "Itu menjelaskan kenapa reuni ini ramai," tuturnya. Kalau dari sisi lain, jelas dia, tak ada perbedaan mencolok antara reuni pertama dan kemarin. Aktornya sama. Itu-itu saja.

Yang bikin kuat dorongannya, kata dia, adanya semangat ingin ganti presiden. Ada semangat perlawanan terhadap pemerintah. "Ini konsolidasi umat Islam yang selama ini bersikap kritis terhadap pemerintahan," tandasnya.

Baca juga : Beras Kita Aneh Tapi Nyata

Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai, banyaknya masyarakat yang hadir pada Reuni 212 karena adanya sentimen keagamaan. Fenomena semacam ini sengaja dipelihara oleh kelompok-kelompok tersebut. Sementara, di saat yang bersamaan, ada komoditas yang sedang puber agama. "Itulah yang membuat aktivitas-aktivitas beragama yang dipertunjukkan menjadi cepat diikuti orang," ujarnya.

Ray menyoroti munculnya tindakan beragama yang ingin ditunjukkan ke banyak orang. Bukan lagi kegiatan beragama secara diam-diam seperti zikir di masjid atau mencari kesunyian. Namun, orang-orang sekarang ingin menunjukkan bahwa dia orang beragama.

"Semacam orang umroh atau haji yang sekarang gemar selfie. Kan seharusnya, pergi haji atau umroh meninggalkan hal duniawi semacam selfie. Tapi faktanya, orang justru semakin banyak yang melakukan selfie. Sama halnya dengan aksi ini," jelasnya.

Baca juga : KH Maruf Amin: Jakarta Masih Selisih Tipis

Jadi, kata Ray, peserta aksi ada yang datang dalam proses identifikasi diri. Maksudnya, peserta aksi ini ingin menujukkan mereka mencintai agamanya. Alasan lain, Ray menyebut karena faktor Pilpres. "Menurut saya mayoritas yang datang ke sana, akan lebih tertarik pada paslon nomor 02. Paling hanya 10 hingga 20 persen saja yang mendukung paslon nomor 01," katanya.

Pengamat Politik Hendri Satrio berpendapat, aksi ini membludak karena digelar hari Minggu. Juga, karena tanggal muda. Soalnya, massanya beragam. Dua variabel itu tak bisa dikesampingkan. "Kan ada juga yang liburan," ujarnya.  Karena itu, Hendri tak yakin semua yang hadir kemarin menginginkan ganti presiden. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.