Dewan Pers

Dark/Light Mode

Prof. Tjandra: Baiknya, Anak Diajak Ngobrol Juga Soal Keluhan Ringan Pasca Vaksinasi

Selasa, 14 Desember 2021 17:08 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan pandangannya, terkait program vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Indonesia, yang resmi diluncurkan pada hari ini, Selasa (14/12).

Prof. Tjandra menyebut, kasus kematian Covid-19 memang banyak didominasi oleh usia dewasa. Baik secara global, atau proporsional. Namun, kasus dan kematian pada anak akibat Covid-19, juga banyak dilaporkan. 

"Pada sebagian kecil kasus pada anak, dapat terjadi (walau amat jarang) sindroma hiperinflamatori, yang dikenal sebagai paediatric inflammatory multisystem syndrome temporally associated with SARS-CoV-2 (PIMS-TS) di Eropa dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) di Amerika Serikat," terang Prof. Tjandra yang kini menjabat Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Selasa (14/12).

Berita Terkait : Rahmad Handoyo: Omicron Ancaman Besar, Petugas Karantina Jangan Main-main

Di Indonesia, vaksin yang diberikan untuk kelompok anak usia 6-11 tahun adalah vaksin Sinovac. Sementara Amerika Serikat merekomendasikan vaksin Pizer untuk anak-anak usia 5-11 tahun. 

China merestui penggunaan dua vaksin inaktivasi yaitu Sinovac-CoronaVac dan BBIBP-CorV untuk anak usia 3 sampai 17 tahun. Sedangkan India sudah menyetujui penggunaan vaksin inaktivasi buatan dalam negeri, Covaxin produksi Bharat serta vaksin DNA ZycovD untuk anak usia 12 sampai 17 tahun.

Prof. Tjandra yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjelaskan, vaksinasi Covid pada anak dapat melindungi anak dari risiko gejala berat dan menekan angka kematian, bila terinfeksi Corona. 

Berita Terkait : Bamsoet Ajak Kosgoro 1957 Tangkal Radikalisme Dengan Vaksinasi Ideologi

Vaksinasi tersebut juga dapat melindungi kakak, adik, orangtua, dan lansia di rumahnya. Serta kawan sekolah dan teman bermainnya.  

"Karena anak 6-12 tahun sudah usia SD, maka baik juga kalau anak diajak bicara tentang vaksinasi, apa manfaatnya dan juga ada kemungkinan keluhan-keluhan ringan sesudah divaksin," pungkas Prof. Tjandra.

Dalam situs resminya, Kementerian Kesehatan menerangkan, Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi yang sangat umum terjadi (>10%) biasanya bersifat ringan. Misalnya pusing, mual, nyeri otot (myalgia) , nyeri sendi (arthralgia), nyeri di tempat suntikan, kelelahan, malaise, dan demam.

Berita Terkait : Kemenkes Siapin Jurus Kejar Target Vaksinasi

Apabila keluhan berlanjut, peserta vaksinasi disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan atau ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. [HES]