Dark/Light Mode

Catatan Prof Tjandra Yoga Aditama

Active Case Finding Tuberkulosis

Rabu, 22 Desember 2021 20:56 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis (TB) ketiga terbesar di dunia. Dengan adanya pandemi Covid-19, penemuan dan pengobatan TB jadi terkendala. Karena perhatian tentu banyak diberikan ke penanganan pandemi Covid-19.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, sepanjang tahun 2021 ada 614.425 kasus TB yang tidak berhasil ditemukan atau dilaporkan dan ada 194.375 kasus TB tidak berhasil diobati dengan baik. Artinya, kasus-kasus itu masih sakit dan juga masih mungkin menularkan ke orang lain. Di sisi lain, pada Agustus 2021 sudah dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 yang antara lain membahas tentang eliminasi tuberkulosis di negara kita pada tahun 2030.

Untuk dapat mengakselerasi program pengendalian tuberkulosis, maka setidaknya perlu dilakukan dua hal penting. Pertama, surveilans aktif untuk menemukan kasus yang tidak terlaporkan (under reporting). Kegiatannya antara lain dapat dilakukan dengan pertemuan Validasi Data TB di Puskesmas dan juga penyisiran kasus di Rumah Sakit.

Baca juga : Omicron Ancaman Terbesar Kesehatan Masyarakat Dunia

Sementara itu, hal kedua yang penting dilakukan adalah penemuan kasus secara aktif (active case finding), dengan petugas mendatangi mereka yang diduga sebagai pasien dan atau kontak untuk mengajak mereka memeriksakan dirinya. Hal ini dilakukan untuk melengkapi kegiatan penemuan kasus secara pasif (passive case finding), ketika pasien datang dengan kesadaran sendiri berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan siap bekerja di dalam gedung Puskesmas atau Rumah Sakit.

Dalam hal kegiatan penemuan kasus secara aktif (active case finding) ini, maka saya pada 16 dan 17 Desember 2021 mengikuti kegiatan uji coba skrining TB dengan foto rontgen di Jawa Barat. Pada 16 Desember, saya ke Puskesmas Rancaekek dan pada 17 Desember ke Desa Ciheulang. Saya bertemu dengan perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dan Kepala Puskesmas Rancaekek serta Puskesmas Sumber Sari, bersama petugas lapangan yang langsung kerja di kecamatan dan di desa.

Dari pengalaman dua hari ini, maka ada lima hal yang dapat dijadikan pelajaran untuk meningkatkan program pengendalian TB. Pertama, di kedua tempat itu acara dihadiri sekitar 100 orang warga, yang sebelumnya memang dikunjungi petugas dan atau kader kesehatan dan diminta datang untuk memeriksakan diri. Artinya, dengan pendekatan yang baik maka masyarakat memang dapat diajak untuk aktif memeriksakan dirinya.

Baca juga : Penyakit Pasca Tuberkulosis Perlu Diperhatikan

Kedua, kebetulan di salah satu daerah ini ada beberapa pesantren, dan para santri juga ikut memeriksakan diri. Saya sempat menghubungi teman dokter di NU dan Muhammadiyah di Jakarta untuk apresiasi dan juga mengajak agar terus dapat aktif berpartisipasi aktif dalam pengendalian TB di lapangan.

Hal ketiga, dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 maka memang kegiatan pengendalian TB di kalangan pemerintah daerah dapat terus ditingkatkan, dan akan baik kalau selain target nasional yang harus dicapai maka ada juga target provinsi dan juga Kabupaten/Kota.

Hal keempat, ternyata di masyarakat masih ada “stigma” sehingga pasien TB tidak selalu terbuka untuk memeriksakan diri. Untuk ini tentu perlu dilakukan penyuluhan kesehatan dan juga pendekatan sosial kemasyarakatan. Hal kelima, obat TB sudah tersedia luas, hanya saja fasilitas untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) memang masih terbatas, padahal Pedoman diagnosis TB adalah dengan pemeriksaan TCM ini. Artinya, ketersediaan alat dan penyebarannya harus terus ditingkatkan.

Baca juga : Skrining Tuberkulosis Di Pelabuhan, Wujud Konkret Dukung Eliminasi TB 2030

Memang masih banyak tantangan dalam pengendalian TB di negara kita. Hanya dengan kerja keras kita bersama maka tuberkulosis dapat dieliminasi dari bumi nusantara pada 2030, sembilan tahun lagi.***

Penulis: Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Kepala Balitbangkes

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.