Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Kabar ditemukannya varian gabungan antara Delta dan Omicron atau disebut Delmicron membuat geger dunia. Namun tenang, kabar itu baru isu karena belum ada data resmi keberadaan varian tersebut.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menjelaskan, Delmicron bukanlah varian baru dari virus Corona. Dia menegaskan, tidak benar ada virus gabungan dari varian Delta dan Varian Omicron.
“Delmicron cuma istilah yang mengacu pada situasi di mana Delta dan Omicron membuat lonjakan kasus di wilayah tertentu, kayak di Amerika. Di sana Omicron menyumbang 73 persen dari total kasus baru,” tulis Zubairi di akun Twitter pribadinya, @ProfesorZubairi Minggu, (26/12).
Zubairi mengungkapkan, munculnya isu Delmicron berawal dari seorang anggota Satuan Tugas (taskforce) di salah satu provinsi di India, Mumbai, Dr Shashank Joshi. Saat itu, Dr Shashank tengah berdiskusi mengenai lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara.
Baca juga : 4 Tahap Vaksin Sekaligus Tiba Hari Ini, Jumlahnya Hampir 9 Juta
Dr Shashank menyatakan, ada dua varian pencetus terjadinya lonjakan di Amerika dan Eropa. Dua varian yang masing-masing membuat lonjakan kasus Covid-19 adalah varian Delta dan Omicron.
“Jadi, bukan digabung jadi satu, tidak. Karena dua-duanya bikin lonjakan yang luar biasa, dia pakai istilah Delmicron. Begitu saja,” kata Zubairi.
Meski begitu, Zubairi mengatakan, kewaspadaan harus terus diterapkan terhadap penyebaran dan penularan varian Covid-19. Dia mengatakan, varian Delta sangat berbahaya dan cepat menyebar.
“Kalau Omicron, lebih cepat lagi menyebarnya tapi angka kematian rendah sekali,” katanya.
Baca juga : Booster Sinovac Tak Cukup Lawan Omicron, Benarkah?
Zubairi meminta Pemerintah segera melakukan program dosis ketiga atau booster vaksinasi untuk mengoptimalkan pencegahan varian-varian Covid-19 di Indonesia. “Orang sudah mulai banyak keluar tempat tinggalnya, mudik. Nah, itu harus segera diimbau oleh Pemerintah,” imbuhnya.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr dr Windhu Purnomo mengatakan, kabar tentang Delmicron hanya sebuah kekhawatiran semata. Dia menegaskan, belum ada bukti dari data tentang Delmicron.
“Bentuk infeksi virus ganda seperti laporan keberadaan Delmicron ini memang ada. Namun yang penting ialah soal pengaruh infeksi ganda ini,” jelas Windhu.
Terpenting lagi, kata Windhu, bagaimana pengaruh infeksi ganda terhadap perkembangan klinis yang mempengaruhi hospitalisasi dan mortalitas. “Kalau ternyata pengaruhnya kecil, tentu tidak perlu dikhawatirkan berlebihan,” jelasnya.
Baca juga : Jelang Putaran Kedua Liga 1, Arema FC Datangkan Pemain Anyar
Ahli Mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi, Universitas Padjadjaran, Mia Miranti menampik varian Delmicron menjadi salah satu faktor adanya lonjakan kasus Covid-19. Menurutnya, meningkatnya kasus harian lebih disebabkan karena individu yang membawa virus dari luar.
“Lalu terdapat mutasi virus di sebuah wilayah, seperti contohnya mutasi Omicron atau B.1.1.529 dari Afrika Selatan. Ketiga, vaksin dianggap sebagai pelindung, padahal menjadi pencegah agar yang tertular tidak mengalami penyakit lebih parah,” tuturnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya