Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Penggunaan Iklan Di RI Dan Jepang Untuk Suarakan Ketidaksetaraan Gender
Kamis, 13 Januari 2022 17:32 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Oleh: Attaya Fadhila
Iklan merupakan suatu pesan yang dibentuk untuk mendorong atau membujuk khalayak ramai untuk membeli sebuah produk atau jasa tertentu. Tetapi, belakangan ini iklan tidak hanya digunakan sebagai sebuah pesan pemasaran saja. Saat ini banyak sekali iklan yang diciptakan dengan menyelipkan beberapa pesan moral di dalamnya, tidak terlupa juga pesan tentang permasalahan gender. Permasalahan gender yang paling sering diangkat dalam sebuah iklan adalah bias-bias ketidakadilan gender (gender innequalities).
Mengapa belakangan ini penyuaraan kesetaraan gender ini melalui iklan? Hal itu karena iklan dianggap sebagai sebuah sistem komunikasi massa menjadi parameter atau implementasi wacana gender yang menggugat adanya bias-bias ketidakadilan gender. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang sering memunculkan kode-kode sosial sebagai fragmentasi realitas sosialnya. Kode-kode sosial tersebut sering mengadopsi stereotipe, refleksi budaya, ideologi, serta pola gender yang ada di masyarakat (Astuti, 2016).
Baca juga : Tips Penggunaan Lidah Buaya Untuk Perawatan Kulit
Selain itu, adanya prinsip yang menyebutkan, iklan yang memiliki pesan yang komparatif juga akan dapat membuat audiens tertarik (Manzur, 2011, dalam Ayu Satya Kartika, 2016). Sehingga, menggunakan iklan untuk menyampaikan permasalah gender dianggap cukup mampu untuk merubah stereotipe yang ada pada saat ini. Salah satu negara yang memiliki iklan dengan pembahasan permasalahan gender adalah Indonesia dan juga Jepang.
Menurut databoks.katadata.co.id (14/12/2021) Indonesia adalah negara dengan nilai Gender Inequality Index (GII) terbesar di ASEAN, dengan perolehan poin 0,48. Hal ini menandakan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki ketimpangan gender nomor satu di ASEAN. Sedangkan urutan Indonesia di antara negara Asia Timur dan Pasifik adalah 121 dari 162 negara.
Sedangkan untuk Jepang, mungkin sudah banyak orang tahu bahwa negara ini yang sangat memandang gender dalam kehidupan sehari-harinya. Terbukti, dari data laporan Kesenjangan Gender Global tahun 2021 yang disusun Forum Ekonomi Dunia, Jepang duduk di peringkat ke-120 dari 156 negara dalam hal kesetaraan gender, laporan bbc.com (19/4/2021). Lalu ditambah dengan adanya pola pikir ryousai kenbo, yang menyatakan perempuan yang baik adalah perempuan yang menjadi istri yang baik, dan menjadi ibu yang bijaksana, sehingga sangat terlihat ketidaksetaraan gender dalam hal melakukan pekerjaan.
Baca juga : Retno: Perjuangan Indonesia Untuk Kesetaraan Vaksin Belum Selesai
Iklan di Indonesia yang sangat menggambarkan kesetaraan gender paling realistis adalah iklan dari produk kecap manis ABC dengan judul “Suami Sejati”. Iklan ini penggambaran dari seorang istri yang harus bekerja, dan juga mengurusi rumah, sedangkan sang suami hanya melakukan pekerjaan kantor. Lalu munculah kata-kata dari sang suami “harusnya kalau kamu bisa kerja, aku juga bisa masak”. Kalimat ini bagaikan penghancur dari garis pembatas ketika seorang perempuan selalu dituntut untuk mengurus dapur, dan laki-laki adalah pencari nafkah. Dalam iklan ini, baik laki-laki dan perempuan digambarkan orang yang harus sama-sama mampu dalam hal mencari uang, dan masalah dapur. Sehingga kesetaraan gender dalam iklan ini sangat terlihat.
Sedangkan untuk iklan di Jepang adalah iklan dari produk pakaian olahraga Nike yang dirilis pada 28 Mei 2021. Penggambaran iklan ini sanggatlah luar biasa, dan juga mengkritik sistem gender di,sana. Judul dari iklan ini adalah “New Girl, Play New”. Meceritakan mengenai seorang keluarga yang akan segera memiliki anak perempuan, tetapi memiliki anak perempuan di Jepang sangat dianggap remeh dan rendah. Ada kata-kata onnanoko yang berarti anak perempuan, tetapi orang-orang mendengarnya odango, sebuah makanan khas Jepang, kemudian orang-orang membicarakan nanti anakmu nggak bisa ngapa-ngapain bahkan pemerintahan pun penuh dengan laki-laki.
Adegan selanjutnya adalah penggambaran saat anak perempuan itu lahir dan tumbuh dewasa, anak itu tidak dapat melakukan banyak hal karena ia seorang perempuan, hingga muncul kalimat onnanokodatte nandemodekirundakara! (Bahkan anak perempuan bisa melakukan apa saja). Kemudian melanjutkan dengan memberi gambaran seorang perempuan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh laki-laki Jepang seperti menjadi atlet baseball, menjadi sumo, menjadi bagian dari pemerintahan. Hal ini sudah sudah memberi gambaran bahwa hal-hal tersebut bisa dilakukan tanpa harus melihat perempuan atau laki-laki.
Baca juga : Pastikan Aman Dan Efektif, Pemerintah Ajak Masyarakat Vaksinasi Booster
Dapat terlihat dari dua contoh iklan tersebut yang paling diperlihatkan adalah isu ketidaksetaraan gender dalam hal-hal kehidupan sosial. Selain dari dua iklan tersebut, sebenarnya masih banyak lagi iklan-iklan lainnya yang mengangkat isu ketidaksetaraan gender. Walaupun dengan menggunakan media iklan belum terlihat dampak yang luar biasa, tetapi iklan tetap dipercaya sebagai salah satu media yang sangat cocok digunakan untuk mengankat tema menggenai isu-isu sosial.***
Penulis: Kajian Gender dan Wanita Jepang, Studi Kejepangan Universitas Airlangga
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya