Dark/Light Mode

Soal Ajakan Referendum Aceh

Bersatu Padu Lebih Mulia Daripada Bercerai Berai

Kamis, 13 Juni 2019 12:04 WIB
Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf. (Foto : Istimewa).
Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf mengklarifikasi soal ajakan referendum bagi rakyat Aceh. Dia mengaku, ajakan itu dilakukannya secara spontan.

“Saya lakukan hal tersebut secara spontan kebetulan pada event peringatan haul meninggalnya Teungku Hasan Muhammad Ditiro (Wali Nanggroe Aceh),” ungkap Muzakir dalam video yang beredar, kemarin. 

Muzakir berbicara di depan kamera sambil berdiri. Sepertinya video sengaja dibuat untuk ajang klarifikasi. Dalam video berdurasi 1 menit 16 detik itu, Muzakir yang karib disapa Mualem ini awalnya memperkenalkan diri sebagai Ketua Partai Aceh (PA) dan Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA). 

KPA yakni wadah organisasi bekas kombatan GAM pasca-perdamaian Master of Understanding (MoU) Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. MoU Helsinki adalah nota kesepahaman antara GAM dengan Republik Indonesia. 

Baca juga : Suasana Mudik Mulai Terasa di Soekarno-Hatta

Perjanjian damai itu mengakhiri konflik bersenjata di Aceh yang terjadi sejak GAM dideklarasikan 4 Desember 1976 di pedalaman Pidie. 

Dalam video tersebut, Mualem mengungkapkan sejumlah poin penting posisi Aceh bagi NKRI. “Saya menyadari rakyat Aceh saat ini cinta damai dan pro-NKRI,” tegas Mualem. 

Poin berikutnya, dia berharap butir-butir perdamaian yang diteken antara GAM dan Pemerintah Indonesia yang belum sesuai dituntaskan ke depan. Mualem berharap Aceh lebih maju. “Saya berharap Aceh ke depan harus lebih maju, membangun provinsi Aceh dalam bingkai NKRI. Hal-hal lain yang menurut saya belum sesuai pasca-MoU Helsinki akan saya buat guna menuntaskan semua butir-butir MoU Helsinki ke depan,” ungkap Mualem. 

Untuk mengingatkan, pidato Mualem soal referendum viral di media sosial sebulanan lalu. Mualem menyampaikan pidato kontroversialnya saat memperingati sembilan tahun wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro di Banda Aceh pada Senin (27/05) malam. Haul dihadiri sejumlah pejabat Aceh dan eks kombatan GAM. Dalan orasinya, Mualem mengaku Indonesia saat ini sudah diambang kehancuran. 

Baca juga : Pemindahan Ibu Kota Lebih Murah Dari Proposal Anies

“Alhamdulillah, kita melihat pada masa ini, bahwa negara kita Indonesia keadilan entah ke mana dan demokrasi entah ke mana. Jadi kita sama-sama melihat Indonesia diambang kehancuran dari segi apa saja. Kita ikut merasa sedih melihat keadaannya. Itu sebabnya, Pak Pangdam saya minta maaf, Aceh mungkin ke depan lebih baik kita minta referendum saja,” kata Eks Wakil Gubernur Aceh periode 2012-2017 ini disambut tepuk tangan tamu undangan saat itu. 

Menanggapi klarifikasi Muzakir, netizen terbelah. Di kolom komentar berita terkait, @Ali_zabidi menilai lebih baik NKRI tetap utuh, termasuk Aceh. “Bersatu lebih baik daripada berpisah. Jangan ikutin capres yang sudah pisah pasangan bro,” tulisnya sembari menyindir. 

Sementara @BambangChristianto meminta kasus ini harus terus diusut. “Undang dulu ke kantor polisi, kasih penjelasan di situ. Waktu ngomong referendum semangat banget, sekarang aja meralat,” kecamnya disambut @RizkyAnugrahadi. “Udah meludah jilat kembali ludah sendiri.” 

Sedangkan @SimpulBardiono tak terlalu mempersoalkan. Yang penting Mualem sudah sadar. “Jaman sudah berubah bro, sekarang era Pemerintahan Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin. Mari bersama menbangun Aceh yang lebih bermartabat dan berdaulat bersama NKRI,” ajaknya. 

Baca juga : Jokowi: Saya Bahagiaaaa!!!

Di Twitter, @_sandynata kaget. “Lah ex panglima GAM yang teriak-teriak referendum ujung-ujungnya minta maaf dan bilang rakyat Aceh cinta damai dan pro-KNRI,” kicaunya dijawab peringatan @Khalid_Af87. “Mau Aceh ribut lagi kasian lah kalau cuma karena pilihan politik jadi gini mikir dikit napa kalau mw ngomong!” imbau akun ini. 

Sementara, banyak juga yang memuji Mualem seperti @MoesaJP. “Great Pak Mualem, keputusan yang bijak,” cuit netizen ini disambut doa @danielgintingm. “Semoga begitu adanya karena NKRI dari Sabang sampai Merauke,” tulisnya serupa dengan @angelmaximilan. “Berharap Aceh ke depan lebih maju dalam bingkai NKRI.” 

Meskipun begitu, @kirana66 yang terus mempersoalkan. “Muzakir Manaf Ex Panglima GAM Ngaku Khilaf Instruksikan Referendum Aceh, dilakukan di hadapan aparat pemerintah. Sengaja melecehkan kedaulatan NKRI seharusnya tidak bisa hanya dengan kata maaf pelanggaran pidananya langsung hilang,” tandasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.