Dark/Light Mode

Corona Naik Lagi, PTM Lanjut Apa Stop

Rabu, 2 Februari 2022 08:36 WIB
Omicron. (Foto: Istimewa).
Omicron. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen yang belum genap berjalan 1 bulan ini, kembali disorot karena Corona di Tanah Air kembali melonjak, ditambah lagi banyak guru dan murid yang terpapar virus nyebelin itu. Ada yang ngebet PTM 100 persen dihentikan. Tapi, ada juga yang ngotot PTM 100 persen tetap lanjut. Ayo, mau pilih mana...

Berdasarkan data yang dilaporkan Kementerian Kesehatan, angka kasus harian Corona per hari kemarin sudah menembus 16.021. Angka ini menjadi yang tertinggi dibanding 4 bulan terakhir. Padahal, pekan kemarin, kasus aktif Corona masih di bawah 5 ribuan kasus.

Selain itu, Kemenkes juga mencatat peningkatan kasus aktif Covid-19 sebanyak 12.753 orang, sehingga total menjadi 81.349 kasus. Di samping itu, terdapat 12.121 suspek atau yang dicurigai sebagai positif Corona. Sementara, jumlah specimen yang diperiksa per hari kemarin mencapai 377.588 sampel.

Baca juga : Latihan Lagi, Aji Genjot Fisik Skuad Bajul Ijo

Peningkatan yang cukup signifikan dalam 2 pekan ini, membuat Indonesia bersiap memasuki gelombang ke-3 Corona. Penyebaran varian Omicron dan pembatasan mobilitas yang belum berubah disinyalir menjadi penyebabnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengakui, tingginya kasus Corona ini disumbang oleh varian Omicron. Meskipun tidak seganas varian Delta, Omicron memiliki daya menularkan lebih tinggi.

Selain itu, lonjakan kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir terjadi karena pemerintah menambah kuota surveilans seperti testing dan tracing di daerah. Ia menyebut, per 30 Januari, jumlah orang yang dites adalah 5,75 per 1.000 penduduk per pekan. Jumlah itu, kata dia, jauh di atas angka yang disarankan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1 per 1.000 penduduk per pekan.

Baca juga : Omicron Mengganas, PUPR Lanjutkan Vaksin Anak Dan Booster

“Peningkatan kuota testing dan tracing ini merupakan bentuk dari upaya deteksi dini dalam mencegah perluasan penularan, serta mencegah munculnya klaster sebaran yang baru. Ini juga merupakan usaha untuk mendeteksi lebih awal gejala Covid-19 yang diderita tiap-tiap individu,” kata dia.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin telah memperkirakan puncak kasus Corona akibat varian Omicron berpotensi menyebabkan penularan kasus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varian Delta. Namun, mayoritas pasien Omicron memiliki gejala ringan hingga tanpa gejala, sehingga sebagian pasien masih bisa isolasi mandiri dan tidak begitu membebani fasilitas kesehatan.

Kendati demikian, ujar Budi, pemerintah tetap waspada dan menyiapkan langkah antisipasi. “Kami belum tahu berapa puncak kasus yang akan terjadi di Indonesia. Puncaknya kami prediksi akhir Februari ini,” jelas BGS.

Baca juga : Kerja Nyata, PUPR Lanjutkan Program Sejuta Rumah Jokowi

Ledakan kasus Corona ini, membuat berbagai sektor mulai kena imbasnya. Kantor-kantor yang selama beberapa bulan ini mulai menerapkan work from office (WFO) diimbau kembali menerapkan work from home (WFH). Bahkan di wilayah yang masuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3, WFO hanya boleh dilakukan maksimal 25 persen saja.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.