Dark/Light Mode

Teroris Sudah Masuk Partai, Waspadalah..!

Sabtu, 19 Februari 2022 08:40 WIB
Ilustrasi. Petugas kepolisian berjalan di sekitar rumah terduga teroris usai penggerebekan di Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis 15 April 2021. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe).
Ilustrasi. Petugas kepolisian berjalan di sekitar rumah terduga teroris usai penggerebekan di Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis 15 April 2021. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe).

RM.id  Rakyat Merdeka - Di saat kita sedang sekuat tenaga mewaspada penularan Corona, jangan lengah pula, kita harus selalu waspada terhadap setiap gerakan para teroris. Karena, para teroris tak pernah berhenti meski Corona mengancam nyawa warga bangsa ini.

Kewaspadaan terhadap teroris ini, bahkan harus semakin ditingkatkan karena para teroris semakin panjang akalnya. Sekarang, mereka sedang melakukan perubahan strategi. Tak hanya bergerak secara clandestine atau sembunyi di bawah tanah, tapi mereka sudah berani masuk ke lembaga-lembaga formal, termasuk partai politik.

Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris membeberkan taktik baru kelompok radikal-teroris ini dalam sebuah diskusi bertajuk "Konsep Pentahelix Pencegahan Radikalisme dan Terorisme", di Jakarta, kemarin.

Baca juga : Menpora Dukung Majukan Prestasi Olahraga Di Kalsel

Menurutnya, strategi ini adalah bagian dari seruan mantan Pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sebelum meningal dunia. Seruan tersebut diklasifikasikan kepada empat kelompok. Yakni, simpatisan, pendukung, militan, dan kelompok inti.

Kepada kelompok inti, kata Irfan, Abu Bakr al-Baghdadi menyerukan mereka menyebarkan pola aksi teror tanpa harus pergi ke Suriah. Melainkan bisa dilakukan di masing-masing negara dengan terpusat di Poso, Sulawesi Tengah, dan di Filipina.

Jaringan teroris ini, sebutnya, juga tidak langsung melakukan aksi teror. Mereka mengembangkan diri terlebih dahulu melalui beragam cara. Salah satunya dengan menyusupi suatu lembaga. Lalu, melakukan pembaiatan lewat pengajian dan lainnya.

Baca juga : Nyetir Saat Mabuk, Pria Tabrak Resto Cepat Saji

"Kita jangan terjebak dengan simbol-simbol fisik. Karena mereka intoleran, menghalalkan segala cara, menolak NKRI, Pancasila, dan ingin mengubah negara bangsa menjadi negara agama dengan sebuah ideologi khilafah yang mereka sendiri tidak pahami secara komprehensif," tegasnya.

Dia mencontohkan penangkapan terduga teroris oleh Tim Densus 88 Anti-teror Polri di Bengkulu, Rabu (9/2). Terduga teroris berinisial RH itu ternyata anggota Partai Ummat. Ia dibantu kedua rekannya yang berinisial M dan R untuk melakukan perekrutan anggota baru.

Sebelumnya, Densus 88 juga menangkap Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) Farid Ahmad Okbah di kawasan Bekasi, 16 November lalu. Dia diduga terlibat dalam Dewan Syura Jamaah Islamiyah, organisasi yang telah dilarang sejak 2008.

Baca juga : Alert!! Indonesia Sudah Masuki Gelombang 3, Hati-hati...

Bercermin dari kasus tersebut, Irfan menekankan bahwa kader partai yang  diduga terpapar paham terorisme sebagai individu. Bukan lembaga.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.