Dark/Light Mode

Seminar Tangkal Terorisme Di Era Industri 4.0

JMM: Santri Garda Terdepan Lawan Radikalisme

Sabtu, 19 Februari 2022 21:34 WIB
Seminar menangkal terorisme di Era Industri 4.0 yang digelar Jaringan Muslim Madani (JMM), di Malang, Jawa Timut, Sabtu (19/2). (Foto: Dok. JMM)
Seminar menangkal terorisme di Era Industri 4.0 yang digelar Jaringan Muslim Madani (JMM), di Malang, Jawa Timut, Sabtu (19/2). (Foto: Dok. JMM)

 Sebelumnya 
Ia mengingatkan agar generasi muda memperkokoh kepribadian atau karakter Indonesia dalam menangkal ideologi radikal. “Gali informasi dan kuatkan literasi adalah salah satu bentuk untuk menguatkan jati diri kita sebagai generasi bangsa," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Kontra Naratif, Direktur Pencegahan Densus 88 Polri, Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa saat ini jaringan teroris sudah terbuka dan tidak tertutup seperti dahulu dalam merekrut anggotanya. “Sejak Parawijayanto memimpin JI, perekrutan kader teroris secara terbuka dan berbanding terbalik dengan sebelumnya," jelasnya.

Baca juga : FE Hortikultura Garut Terapkan Model Closed Loop

Mayndra juga mengingatkan gerakan paham radikal sudah massif dan marak di berbagai kampus di Indonesia. Sejak 2010 mereka menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok.

Senada dengan Mayndra, mantan napi teroris Hendi Suhartono mengungkapkan, media sosial sangat berpengaruh dalam perekrutan orang menjadi teroris dan ini sudah dipergunakan dengan baik oleh kelompok teroris. "Bahkan mereka belajar tidak bertemu dengan para mentornya tetapi mereka belajar dari video-video yang tersebar di media sosial. Kita sekarang harus sangat waspada dengan percepatan informasi maka kita harus mengantisipasi dengan membuat batasan-batasan dalam memakai media," terang Hendi, yang hadir secara virtual.

Baca juga : Sidang Vonis Ditunda, Azis Syamsuddin Malah Ucapkan Selamat Valentine

Ia juga mengingatkan agar Pemerintah serius melakukan program deradikalisasi agar para mantan napiter tidak kembali ke kehidupan sebelumnya. "Program deradikalisasi sangat perlu digalakkan kembali dan sangat bermanfaat. Di sana para mantan napiter diberikan belajar berbagai ilmu kehidupan yang baru,“ terangnya.

Di tempat yang sama, aktivis dan Dosen Universitas Negeri Malang, Muslihati, menilai pentingnya mencegah paham radikalisme terhadap masyarakat terutama pada kalangan anak muda atau milenial. Menurutnya, radikalisme di kalangan milenial dapat dicegah sejak dini yang dimulai di lingkungan keluarga. Dari rumah, dengan mengajarkan tentang literasi keragaman dan multi budaya berbasis keluarga.

Baca juga : Kapolri: Di Masa Sulit Pandemi Covid-19, Pers Garda Terdepan Menjaga Optimisme Dan Harapan

Muslihati menambahkan, keragaman bukan hanya dalam agama. Fitrah manusia, sambungnya, juga ditakdirkan beragam. Mulai dari warna kulit, suku, ras, dan golongan. “Agama kalau Allah kehendaki Islam semua, bisa. Tetapi tidak seperti itu mau Allah. Kita ada laki-laki, ada wanita. Banyak keragaman yang membutuhkan respect, toleransi butuh respect, dan keragaman adalah rahmat,” pungkas Muslihati. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.