Dark/Light Mode

Mulai Menyerang Eropa

Deltacron Sudah Terdeteksi Jangan Terlena Pelonggaran

Selasa, 15 Maret 2022 06:45 WIB
virus Covid-19 varian Deltacron. (Foto: Pavlo Gonchar/South China Morning Post).
virus Covid-19 varian Deltacron. (Foto: Pavlo Gonchar/South China Morning Post).

RM.id  Rakyat Merdeka - Virus baru jenis hibrida yakni Deltacron, telah ditemukan di beberapa negara. Khususnya di Eropa dan Amerika Serikat.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Pemerintah terus memantau perkembangan varian Deltacron. Sampai saat ini, varian itu belum ditemukan bukti terkait peningkatan penularan, keparahan dan lainnya. “Masih dimonitor perkembangannya,” kata Nadia.

Diberitakan, Deltacron telah terdeteksi di beberapa wilayah Prancis. Menurut database internasional Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), kasus varian Deltacron juga ditemukan di Denmark dan Belanda.

Nadia mengatakan, Pemerintah mendorong percepatan vaksinasi Covid-19 untuk menghadapi Deltacron.

Baca juga : Sebelum Lebaran, Pengungsi Erupsi Semeru Ditargetkan Sudah Tinggal Di Hunian Tetap

“Menghadapi apa pun juga potensi penularan, percepatan vaksinasi booster dan primer harus disegerakan,” ujar Nadia.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, varian baru Covid-19 Deltacron belum mengkhawatirkan. Pasalnya, jumlah kasus yang terdeteksi masih sangat kecil.

“Potensi memperburuk, sejauh ini belum seperti yang dikhawatirkan banyak pihak,” kata Dicky.

Kendati demikian, Dicky mengatakan, hal ini tetap menjadi perhatian. Soalnya, kemunculannya saat dunia mulai melakukan sejumlah pelonggaran.

Baca juga : Gus Halim: Masa Depan Desa Di Tangan Milenial Dan Gen Z

Dengan begitu, kemunculan varian Deltacron ini tetap berbahaya, apabila bermutasi dan melahirkan subvarian atau varian lain yang lebih efektif memperburuk situasi.

“Artinya, penularan lebih cepat, keparahan tinggi dan menurunkan efektivitas vaksin. Itu bisa terjadi jika muncul subvarian baru,” ungkap Dicky.

Menurut Dicky, munculnya Deltacron ini belum berdampak pada persiapan Indonesia dan dunia menuju endemi.

“Sebaiknya, fokus Pemerintah saat ini pada subvarian Omicron yang berdampak sangat serius jika penularan di masyarakat tinggi,” katanya.

Baca juga : Dalam Sepekan, Sudah 2.099 Orang Meninggal

Ketua Satgas Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan, sangat mungkin sekali Deltacron tidak berbahaya ketimbang varian Omicron. Kendati begitu, varian ini harus tetap diwaspadai, meski belum ada peningkatan kasus signifikan.

“Hanya sedikit data yang dapat digunakan untuk mengukur khawatir atau tidak. Namun, sejumlah ahli mengatakan varian ini harus diawasi,” terang dia dalam akun @ ProfesorZubairi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.