Dark/Light Mode

Awas! Kelompok Radikal Makin Brutal Goreng Isu Perkeruh Suasana

Jumat, 18 Maret 2022 07:11 WIB
Pengamat Politik Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo saat webinar Politik Memanas Jelang 2024(KN, Tunda Pemilu, Teroris, Migor) yang diselenggarakan oleh Corong Rakyat, Kamis (17/3). (Foto: Istimewa)
Pengamat Politik Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo saat webinar Politik Memanas Jelang 2024(KN, Tunda Pemilu, Teroris, Migor) yang diselenggarakan oleh Corong Rakyat, Kamis (17/3). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Menyusup Ke Berbagai Elemen

Pada kesempatan yang sama, Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta mengajak masyarakat Indonesia kompak memberantas dan mewaspadai kelompok radikal yang saat ini tersebar di setiap lini dan pelosok daerah.

Sebab, kata Stanislaus, mereka biasanya bergaul dengan partai politik, unsur pemerintah, bahkan polisi dan TNI. "Idiologi Radikal ini bisa masuk kemana saja. Masuk ke BUMN, partai, menyusup. Tapi ada juga yang ASN, polisi, ini terpengaruh. Bahkan ada polisi berangkat ke Suriah, 3 bulan tewas. Ada yang masuk ke level direksi juga. Ini tidak mengenal status ekonomi, pendidikan atau mereka yang berkerja di pemerintahan," katanya.

Baca juga : Awas, Siluman Omicron Ganggu Puasa Dan Lebaran

Menurutnya, masalah utamanya adalah, pemerintah dan masyarakat tidak dalam satu pemahaman yang sama. "Jadi butuh kesadarah bahwa terorisme ini musuh bersama. Kalau tidak tercapai, itu sulit," cetus Stanislaus lagi.

Terkait hal ini, Stanislaus mengapresiasi peran Detasemen Khusus (Densus 88) yang setiap hari menangkap dan memantau pergerakan kelompok radikal yang bisa membahayakan peraatuan negara.

"Harusnya kita berterima kasih kepada Densus karena ada ratusan orang yang ditangkap. Kalau tidak ada Densus apa jadinya negara ini. Jadi kerjaan Densus itu menurut saya sangat bagus sekali," ujarnya.

Baca juga : Polri Kawal Ketersediaan Minyak Goreng Di Pasaran

Stanislaus menambahkan masyarakat perlu waspada karena pergerakan teroris dan kelompok radikal lainnya selalu beraksi menjelang Puasa dan Lebaran. Mereka menganggap aksi tersebut bernilai pahala yang berlipat-lipat ganda.

"Mereka selalu berpikir bahwa melakukan di bulan Puasa itu amalanya selalu dilipatgandakan. Kemudian soal target dari catatan saya yang pertama dan paling banyak disasar itu adalah simbol asing, terutama milik Amerika. Jadi mari kita bersatu, terutama para pembuka agama untuk mengatakan bahwa paham Radikal tidak boleh berkembang di Indonesia," sambungnya.

Stanislaus kembali membeberkan teori yang berkaitan terorisme. etika negara menyebar titik vitalnya dari Jakarta ke Kalimantan maka peluang teroris akan menyerang itu akan semakin sulit dari berbagai kelompok yang menggangu kepemerintahan.

Baca juga : Serahkan Dokumen, Jadikan Jamu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ke UNESCO

"Banyak sentimen yang muncul dari berbagai kebijakan yang dianggap salah, tetapi secara prinsip pemindahan IKN ini bagus dan meminimalisir tindakan terorisme," pungkasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.