Dark/Light Mode

Politisi Pakai Kekuatan Medsos, Pengamat: Rakyat Butuh Aksi, Bukan Cuma Tebar Pesona

Kamis, 28 April 2022 21:28 WIB
Ilustrasi medsos/Istimewa
Ilustrasi medsos/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam rangka membangun personal branding, sejumlah politisi berbondong-bondong terjun ke media sosial (Medsos). Media sosial digunakan sebagai strategi untuk membentuk citra diri sendiri agar masyarakat dapat menilainya dari prestasi dan pencapaian yang dimiliki.

Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengatakan, penggunaan medsos cukup relevan. Karena medsos adalah kenyataan hari ini yang tidak bisa diabaikan. Jika politisi sudah ‘terjun’ ke medsos, maka dia sudah siap berinteraksi dengan masyarakat.

“Terbentuk pola komunikasi baru, masyarakat bisa langsung mengakses politisi. Komunikasi publik dengan politisi dengan kekuatan medsos," kata Firman kepada wartawan, Kamis (28/4).

Ketua DPR Puan Maharani menekankan, politisi tidak cukup hanya terlihat aktif di media sosial. Menurutnya, seorang politisi sesungguhnya perlu bekerja dan gotong royong untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Baca juga : Erick Fasilitasi Perumahan Buat Milenial, Pengamat: Inovasi Kebijakan Yang Oke

"Jadi jangan kemudian kita itu asal pilih karena cuma kelihatan di panggung saja. Panggung itu panggung media, panggung TV, panggung sosmed, tapi pilih orang yang betul-betul pernah memperjuangkan kita, pernah bersama-sama kita, pernah bergotong-royong bersama kita,” tegas Puan.

Keberadaan medsos tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pada survei yang dirilis Hootsuite, pada tahun ini, 73,7 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan internet dan 68,9 persen aktif menggunakan medsos.

Menurut Firman, ada tiga hal kenapa seorang politisi memanfaatkan media sosial. Pertama, untuk membangun awareness, politisi menunjukkan karakternya, menyampaikan misinya secara ringan. Kedua, keterlibatan publik, yaitu saat publik ikut berkomentar pada media sosial politisi tersebut.

Ketiga, ada feedback dari publik dari yang ditawarkan publik cocok atau tidak. Kalau tidak cocok akan ada dialog.

Baca juga : Bantu UMKM, Pengamat: Puan Capres Potensial 2024

Politisi yang sudah ‘terjun’ di medsos harus menyelaraskan citranya. Politisi yang tampil ciamik, ramah, humoris di medsos, harus bersikap yang sama saat ditemui secara langsung. 

“Mentereng di medsos, politisi jangan lupa untuk bekerja, karena masyarakat butuh aksi ketimbang tebar pesona saja,” kata Firman.

Firman bilang, ada teori dramaturgi. Yakni, atur panggung depan dan panggung belakang. Katakan panggung depan adalah medsos, maka di panggung depan ingin tampil sempurna, ideal. Namun, publik harus diberi juga tampilan di belakang panggung.

Untuk mengisi kanal-kanal medsos, politisi dan timnya perlu kreatif. Konten yang kreatif adalah kunci.

Baca juga : Pengamat Hukum: Awas Jangan Tuduh Sembarangan!

Tergantung konten, menarik atau tidak. Apakah topiknya sesuai dengan topik yang disukai masyarakat.

“Apakah pesan komunikasinya mudah dipahami oleh masyarakat pengguna media sosial,” kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas.

Konten yang bagus, entah itu video, teks maupun meme, menarik perhatian masyarakat. 

“Semakin baik sosialisasi semakin besar peluang untuk terekspose pada komunitas-komunitas,” tandas Sirojuddin. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.