Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

WGS Dan Penyelidikan Epidemiologis Harus Masif

Prof. Tjandra: Biang Kerok Kenaikan Kasus Covid, Bukan Cuma BA.4 Dan BA.5

Senin, 13 Juni 2022 09:06 WIB
WGS Dan Penyelidikan Epidemiologis Harus Masif Prof. Tjandra: Biang Kerok Kenaikan Kasus Covid, Bukan Cuma BA.4 Dan BA.5

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti soal peningkatan kasus Covid di Tanah Air, dalam beberapa hari terakhir. 

Ramai disebut, peningkatan kasus ini dipicu oleh kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, yang terlacak di Bali (4 kasus, 1 WNI, 3 WNA) dan Jakarta (4 kasus WNI).

Mengingat jumlah kasus sehari sudah melebihi 500 orang, Prof. Tjandra meminta pemerintah aktif menjelaskan ke masyarakat, tentang bagaimana sebenarnya pola varian atau subvarian yang saat ini menyerang warga kita. Di luar 8 kasus di Bali dan Jakarta itu.

"Artinya, pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) harus ditingkatkan. Begitu juga penyelidikan epidemiologis pada setiap orang, yang masuk angka kasus lebih dari 500 sehari itu. Ini penting, supaya kita bisa melihat situasi penyebab kenaikan kasus, dengan lebih jelas. Kebijakan yang diambil juga berbasis bukti nyata," jelas Prof. Tjandra dalam keterangannya, Senin (13/6).

Baca juga : Ini 4 Poin Penting Kesehatan Haji Menurut Prof. Tjandra, Salah Satunya Jangan Abaikan Faktor Cuaca Panas

Secara umum di dunia, subvarian Omicron BA.2 dan juga BA.2.X masih tetap dominan. Meski memang, angkanya menurun dari 44 persen menjadi 19 persen, dalam laporan mingguan WHO.

Sementara subvarian Omicron lainnya seperti BA.2.11, BA.2.13, dan BA.2.9.1 cenderung terlihat tidak mengalami peningkatan.

Semua sub varian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452X.

Sub varian Omicron lain yang sebelumnya dominan adalah BA.1, BA.1.1. BA.1.X dan BA.3. Namun saat ini, angkanya dilaporkan terus menurun, sampai di bawah 1 persen.

Baca juga : Hepatitis Akut Sama Sekali Tak Berkaitan Dengan Vaksin Covid-19

Subvarian yang saat ini dilaporkan meningkat adalah BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4.

"Dari ketiga subvarian ini, yang paling banyak ditemukan berdasarkan data terakhir adalah BA.2.12.1. Sudah terdeteksi di 53 negara, termasuk negara tetangga kita. Ini diduga jadi penyebab penting kenaikan kasus. Jadi, perlu dicek mendalam ada tidaknya di negara kita," terang Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Hingga saat ini, subvarian BA.5 ditemukan di 47 negara dan BA.4 terdeteksi di 42 negara. Lebih sedikit dibanding BA.2.12.1.

"Ketiga varian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452 yang setidaknya punya dua aspek. Pertama, terdapat risiko peningkatan penularan. Kedua, memiliki karakteristik luput dari sistem imun (immune escape). Ini antara lain ditandai dengan kondisi masih tetap dapat tertular, meski sudah divaksinasi lengkap," terang Prof. Tjandra.

Baca juga : Selama Masih Ada Kasus Kematian, PPKM Lanjut...

Yang patut disyukuri, sejauh ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan peningkatan beratnya penyakit. Meski faktanya, memang lebih mudah menular.

Di sisi lain, rekombinasi varian SARS-CoV-2 yang pernah terdeteksi pada awal 2022 (XE, XD dan XF) dan memiliki potensi peningkatan penularan, ternyata kini tidak menyebar luas di dunia.

"Semua informasi berbagai jenis varian dan subvarian ini, sangat penting untuk menjadi basis pengambilan kebijakan publik. Apalagi, kita tahu ada tiga skenario yang mungkin terjadi. Yakni base scenario, best scenario dan worst scenario. Mudah-mudahan, yang terakhir ini tidak terjadi," pungkas mantan Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), serta Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.