Dark/Light Mode

Teroris Papua Berulah Lagi, Mahfud Diminta Lebih Intensif Bekerja

Senin, 18 Juli 2022 16:38 WIB
Pakar intelijen dan pertahanan Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)
Pakar intelijen dan pertahanan Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar intelijen dan pertahanan Susaningtyas Kertopati meminta Menko Polhukam Mahfud MD lebih intensif bekerja untuk mengatasi permasalah di Papua. Permintaan Nuning ini disampaikan menyusul aksi sadis teroris Papua yang menembaki warga sipil, di Kampung Nanggolait, Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu pagi (16/7). Sebanyak 10 orang tewas dalam penembakan ini.

“Kejadian di Papua dengan korban tewas 10 orang tentu harus didalami dan dievaluasi. Masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena akan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah. Indikasi lemahnya sinergitas dalam pengelolaan masalah keamanan mengharuskan peranan Menko Polhukam untuk lebih intensif bekerja,” ucap Nuning, Senin (18/7).

Mantan anggota Komisi I DPR ini melanjutkan, atas seringnya kejadian pembantaian, Pemerintah juga harus siap dengan segala konsekuensi dan implikasinya. Hal yang harus secara serius diterapkan adalah membangun kepercayaan rakyat melalui komunikasi yang lebih baik. Selain itu, penting untuk melakukan propaganda dan kontra propaganda yang terukur, efektif, efisien dan tepat sasaran.

Baca juga : Bundesma Dana Bergulir Bisa Direplikasi Di Seluruh Indonesia

Melalui hal tersebut, Nuning yakin, konstruksi sosial-politik yang membentuk opini publik dapat meminimalisir dukungan kepada kelompok insurgensi (Kelompok Kekerasan Bersenjata/KKB atau Kelompok Separatis Teroris/KST). Selama ini, pihak KST kerap melakukan propaganda dengan media lokal dan internasional, serta mobilisasi massa dan demonstrasi dengan mengeksploitasi isu ketimpangan pembangunan, referendum, pelanggaran HAM, dan lain-lain.

“Ke depan, perlu diimbangi dengan komunikasi yang intens dengan Pemda/MPR/DPR Papua, termasuk terkait pengungsi pihak sipil yang tak berdosa. Tentu mereka dicekam ketakutan juga, hal ini harus ditanggulangi. Penyelesaian masalah Papua seyogyanya tidak dikelola berdasarkan dendam satu ke dendam yang lain,” terang Nuning.

Menurut peraih gelar dokter intelijen ini, gerakan separatisme di Papua memiliki jaringan yang sangat fragmented. Artinya, tidak terdapat satu komando yang terstruktur. Setiap kelompok memiliki pimpinan sendiri. “Organisasi yang structure-less ini disebabkan faktor sosial budaya pada masyarakat Papua yang masih kental dengan semangat primordial kesukuan. Lembaga Adat sangat berperan di Papua,” imbuhnya.

Baca juga : Stop! Jangan Wacanakan Lagi Khilafah Jadi Sistem Pemerintahan di Indonesia

Nuning merasa, memang mengherankan, segala pendekatan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (ipoleksosbud) sudah dilakukan Pemerintah tapi masih saja Papua tak kunjung usai masalahnya. Hal itu dikarenakan masih adanya pemantik yang bersifat pragmatis di dalam tubuh KKB atau KST.

“Menurut saya, harus ada penangan intens juga untuk hal terkait pihak pro Otsus (Otonomi Khusus) versus pihak kontra Otsus yang paralel. Hal ini tentu juga semakin naik intensitasnya setelah adanya pemekaran bertambah di Papua. Pro Otsus menginginkan revisi terbatas dilengkapi dengan Prolegnas (Program Legislasi Nasional) 2021. Pihak kontra Otsus beranggapan Otsus gagal dan berharap revisi Undang-Undang Otsus dan menginginkan referendum untuk menentukan masa depan Papua,” jelas Nuning.

Nuning menambahkan, di KKB/KST ada yang ideologis dan keras, ada yang sudah tergalang dan pro NKRI (serangan mereka bersifat pragmatis), ada juga yang terafiliasi politik (penyerangan untuk memberi kesan negara gagal tangani Papua). Jaringan bersenjata ini beranggotakan masyarakat yang terikat kesukuan dengan persenjataan terbatas. “Sumber utama pengadaan senjata melalui perampasan dan pencurian senjata aparat TNI dan Polri, serta membeli dari jaringan penjualan senjata dari PNG dan Filipina Selatan,” pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.