Dark/Light Mode

Catatan Dr. Tantan Hermansah

Merawat Citayam Fashion Week

Senin, 1 Agustus 2022 13:31 WIB
Tantan Hermansah, Pengajar Sosiologi Perkotaan dan Ketua Prodi Magister KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tantan Hermansah, Pengajar Sosiologi Perkotaan dan Ketua Prodi Magister KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

RM.id  Rakyat Merdeka - Citayam Fashion Week (CFW) telah membius banyak orang. Karena popularitasnya, publik kemudian ikut-ikutan sekadar mejeng dan menikmati suasananya. Bahkan belakangan, ada juga beberapa pihak yang merasa ingin memiliki dan kemudian mau mengusahakan agar fenomena tersebut bisa lebih menghasilkan “cuan” lebih banyak dengan melakukan upaya “formalisasi”.

Artikel singkat ini ingin mendiskusikan fenomena CFW dari sudut pandang keberlanjutan komunitas. Pertanyaannya, “apakah fenomena Citayam Fashion Week (CFW) itu bisa berkelanjutan?”

Baca juga : Kota Tua Lokasi Ideal Citayam Fashion Week

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita menggali fenomena serupa di tempat lain yang mirip serta hadir lebih duluan. Di mana dari sana kita bisa mengambil pelajaran serta sedikit mengabstraksikannya. Salah satunya kita bisa mengambil fenomena fashion street, pada satu wilayah di Pulau Jawa bagian timur.

Di sana kesenian jalanan berbasis fesyen sudah berlangsung cukup lama. Sehingga kegiatannya bukan lagi “kagetan”, tetapi sudah terstruktur menjadi kegiatan budaya dan bahkan melekat pada kultur kreatif masyarakat setempat. Sehingga ketika ada kebutuhan untuk dipertontonkan mereka bisa dengan sangat cepat meresponsnya dan membuat penampilan dengan baik dan profesional.

Baca juga : Polda Metro Sarankan Citayam Fashion Week Digelar Saat CFD

Apa yang paling menonjol dari fenomena street fashion di Pulau Jawa bagian timur itu adalah: Pertama, mereka melakukan kegiatan itu secara terencana. Dalam bahasa manajemen ini sering disebut sebagai planning atau perencanaan. Para tokoh awal ketika melakukan kegiatan ini, mereka sudah membuat perencanaan panjang dengan baik. Bahkan mereka membuat sistem dan manajemen yang bisa melayani kebutuhan tersebut. Sehingga dengan perencanaan yang panjang itu mereka bisa melakukan evaluasi setiap tahapannya jika terdapat bolong atau kekurangan. Agar jika ada momen berikutnya, mereka bisa memperbaikinya supaya tidak terjadi kesalahan serupa.

Kedua, pada tahap berikutnya mereka kemudian melakukan penataan proses manajemen acara atau kegiatan tersebut kemudian dibuat struktur dan sistemnya. Jika ini dilakukan maka fenomena sosial tersebut bisa terorganisasi dengan baik, yang kemudian memudahkan orang melakukan pendalaman dan pemaknaan atas berbagai ide baru dalam fenomena tersebut, maupun sebagai respons pada isu baru, seperti diskusi tentang HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) yang “heboh” beberapa waktu lalu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.