Dark/Light Mode

Gelorakan Spirit Kebangsaan Untuk Cegah Radikalisme dan Intoleransi

Selasa, 6 September 2022 13:29 WIB
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (tengah). (Foto: Dok. BNPT)
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (tengah). (Foto: Dok. BNPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Seluruh elemen bangsa harus turut serta menjaga dan melestarikan Pancasila sebagai ideologi negara. Upaya membumikan Pancasila guna mencegah radikalisme dan intoleransi diperlukan demi menguatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Demikian disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid dalam acara Halaqah Kebangsaan dengan tema “Membumikan Pancasila dalam Sendi-sendi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”, di Pondok Pesantren KH A Wahid Hasyim Bangil 1, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (5/9).

“Halaqah Kebangsaan ini kita lakukan untuk membangun spirit kebangsaan dan spirit keberagaman. Yang artinya bahwa berbangsa dan bernegara harus selalu digelorakan dengan selalu mencintai, menghormati, memegang teguh konsensus nasional yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945, serta NKRI harga mati,” ungkap Nurwakhid, seperti keterangan yang diterima redaksi, Selasa (6/9).

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara harus senantiasa diamalkan di tiap sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam upaya menegakkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Menurut Nurwakhid, pentingnya membangun kesiapsiagaan nasional yang berisi kontra radikalisasi, kontra narasi, kontra propaganda untuk diimplementasikan masyarakat sebagai pertahanan diri agar selalu siap siaga dalam menjaga Tanah Air Indonesia.

Baca juga : Listrik Batu Bara Bakal Segera Distop

“Masyarakat harus militan untuk menjadi buzzer dalam kontra radikalisasi. Yaitu dengan menggelorakan cinta Tanah Air, cinta Pancasila, cinta NKRI, cinta Bhinneka Tunggal Ika, serta mencintai perdamaian, mencintai persatuan, dan selalu waspada terhadap bentuk radikalisme terorisme yang mengatasnamakan agama, liberalisme, kapitalisme dan sebagainya,” jelasnya.

Nurwakhid menambahkan, bangsa Indonesia diharapkan tidak hanya selalu membangun badannya, atau fisik atau infrastruktur, tetapi juga membangun jiwa. “Bangunan jiwa, bangunan badan adalah spiritualitas, iman dan takwa, tetapi juga harus Iptek. Artinya, perpaduan antara spiritualitas dan profesionalitas itulah yang akan memajukan bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional,” sambungnya.

Nurwakhid mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi Polres Pasuruan yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren KH A Wahid Hasyim Bangil dan beberapa stakeholder terkait yang ada di Pasuruan. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat luar biasa.

“Harapan kita, semua Forkopimda, terutama Polres Pasuruan, untuk meresonansi atau memberikan fasilitas dan koordinasi kepada stakeholder terkait yang ada di sini dan mentransformasikan kepada masyarakat. Karena polisi di sini adalah sebagai pelayan, pengayom pelindung masyarakat dan penegak hukum,” harapnya.

Baca juga : Bamsoet Akan Orasi Kebangsaan Pada Sidang Terbuka Senat UKI

Menurutnya, peranan polisi dibutuhkan dalam upaya membentengi atau membangun ketahanan nasional yaitu kondisi dinamis meliputi seluruh aspek kehidupan dalam berbangsa, bermasyarakat, berpolitik, berideologi nasional, ekonomi, budaya, hukum, dan pertahanan keamanan.

Nurwakhid berpesan kepada seluruh peserta yang hadir, agar tidak termakan politisasi agama oleh kelompok apa pun. “Ingat, politisasi agama adalah pemicu utama dalam radikalisme dan terorisme. Maka, hilangkan semua bentuk politik identitas maupun politisasi agama,” tutupnya.

Pada kesempatan yang sama, pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan menjelaskan, masyarakat sudah terancam bahkan sudah diadu domba. “Ini yang harus menjadi perhatian dan kesadaran. Kita sekarang sudah dikepung dari segala penjuru. Oleh karena itu, saatnya kita kembali kepada Pancasila, karena Pancasila sudah final, karena Pancasila sudah sesuai dengan agama, tidak ada satupun yang bertentangan,” jelas Ken.

Ken berharap, masyarakat kritis terhadap informasi yang terima. Jangan sampai menjadi korban hoaks, apalagi menjadi pelaku karena turut menyebarkan informasi yang salah akibat salah belajar agama.

Baca juga : Terapkan Di Semua Lini Bisnis, Tata Kelola Antam Jadi Perhatian Investor

“Tolok ukur beragama adalah akhlak. Kalau kita belajar agama ternyata kita menjadi pemarah, berarti kita belajar dengan guru yang salah. Stop, unfollow, jangan ikuti, kalau diikuti kita bisa terpapar,” tutupnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.