Dark/Light Mode

Ngaji Kebangsaan, Vaksinasi Ideologi Untuk Sebarkan Moderasi Beragama

Jumat, 23 September 2022 16:59 WIB
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (Foto: Dok. BNPT)
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (Foto: Dok. BNPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sinergi antara ulama, umaro, dan umat untuk memperkuat ukhuwah dan menjaga persatuan NKRI harus terus dioptimalkan. Pasalnya, ulama berperan penting dalam membangun masyarakat yang moderat, baik dalam beragama maupun bernegara, guna mencegah penyebaran paham radikal-terorisme dan ekstremisme di Indonesia.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan, untuk melakukan itu, perlu rembuk atau duduk bersama melalui wadah “Ngaji Kebangsaan” dalam upaya menyebarkan moderasi beragama. Hal itu dikatakan Nurwakhid pada acara “Ngaji Kebangsaan” dengan mengambil tema “Optimalisasi Islam Washatiyah dalam Mencegah Ekstrimisme dan Terorisme”. Acara ini digelar Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme, Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) di Pondok Pesantren Motivasi Indonesia, Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi.

“Ngaji Kebangsaan ini adalah bagian dari program pentahelix yang merupakan kebijakan dari BNPT, yaitu melibatkan pemerintah, masyarakat, media, civitas akademika, maupun pengusaha. Dalam konteks melibatkan ulama, ini adalah ormas keagamaan yaitu masyarakat. Karena ormas keagamaan terutama pesantren ini adalah potensial untuk menjadi vaksinasi ideologi, untuk menyebarluaskan moderasi beragama atau wasathiyah tadi,” ujar Nurwakhid.

Ia menjelaskan, sejatinya radikal terorisme ini merupakan cermin dari krisis ritualitas. Mereka lebih menonjolkan ritualitas, kemudian menonjolkan identitas formal serta simbol-simbol formal keagamaan, namun lemah di bidang spiritual atau maqom ikhsan, akhlak, perilaku, dan budi pekerti.

Baca juga : GDPS Adopsi Teknologi Kabin Pesawat Hadirkan Inovasi Udara Sehat

“Mereka ini bersikap radikal karena tidak wasathon atau tidak moderat, tidak di tengah-tengah. Sehingga tidak menjadi rahmatan lil alamin, tapi rahmatan lil kelompoknya. Inilah tugas para ulama, para kiai, para masyayikh, para pondok pesantren untuk menggelorakan Islam wasathiyah atau bisa dikatakan Islam nusantara atau rahmatan lil alamin,” tuturnya.

Dia melanjutkan, penyebaran paham radikal terorisme bukan hal baru di Indonesia. Karena itu, setiap orang berpotensi terpapar paham radikal-terorisme yang pada akhirnya menjadi pelaku kejahatan terorisme. Potensi ini dapat dilihat dari tersebarnya narasi-narasi radikalisme yang mengitari masyarakat.

“Kalau ini tidak ditanggulangi segera, narasi tersebut dapat mengarah dan mengajak pada tindakan terorisme. Dapat berupa narasi mengenai intoleransi terkait sentimen keagamaan, narasi umat yang diperlakukan tidak adil, narasi keterancaman, dan sebagainya,” ungkap Nurwakhid.

Dia juga menekankan kepada para tokoh agama yang merupakan para ketua ataupun pengurus MUI di tingkat Kecamatan se-Kota dan Kabupaten Bekasi  agar selalu menjaga dirinya dan memvaksin diri supaya imun terhadap segala macam paparan paham radikal terorisme yang disebarkan kelompok tersebut.

Baca juga : Jangankan Kelola Keuangan, Untuk Makan Besok Saja Masih Mikir

“Caranya bagaimana? Caranya yaitu belajar mengaji kebangsaan terhadap ulama-ulama yang moderat dalam konteks ini ulama-ulama yang tergabung di dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) yang di dalamnya ada NU, Muhammadiyah, Al~Irsyad Al Islamiyah, Al~Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Mathla’ul Anwar, Al-Ittihadiyah, Nahdatul Wathan dan sebagainya,” ucap Nurwakhid.

Menurutnya, banyak ulama-ulama yang moderat, cinta terhadap NKRI dan ulama-ulama yang mengajarkan rahmatan lil alamin.  “Para ulama-ulama di situ selalu mendawuhkan atau mendakwahkan cinta terhadap persatuan, perdamaian, hubbul wathon minal iman, tidak segregatif, tidak intoleran dan tidak anti-pemerintah,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Ketua BPET MUI Muhamad Syauqillah mengatakan, tujuan diadakannya “Ngaji Kebangsaan” ini adalah upaya untuk lebih memberikan semangat kepada jajaran MUI di level daerah atau kecamatan untuk lebih peduli terhadap fenomena penyebaran paham radikal terorisme yang masih terjadi di Indonesia.

“Karena kalau dari sisi pengetahuan, dari sisi pemahaman terhadap Islam wasathiyah, MUI di level daerah ini tidak perlu diragukan. Jadi kali lebih menggugah kepada mereka untuk memahami masalah di lapangan. Itu yang penting untuk kita ingatkan, karena MUI di level bawalah yang berhadapan secara langsung dengan masyarakat,” ujar Syauqillah.

Baca juga : HNW Ingin Mahasiswa Resapi Jati Diri Muhammadiyah

Menurutnya, BPET MUI meminta urun rembuk para kiai, ustaz-ustazah di level kecamatan yang ada di Kota dan Kabupaten Bekasi agar problem yang terjadi di lapangan bisa diatasi dengan bergerak bersama-sama di level bawah. “Kami nilai ini sebagai sebuah strategi yang bisa sangat efektif untuk mencegah munculnya ekstrimisme dan terorisme di masyarakat,” ujar Kepala Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global SKSG Universitas Indonesia (SKSG UI) ini.

Dengan menggandeng BNPT, dirinya akan terus menyelenggarakan kegiatan seperti ini yang selanjutnya akan digelar di wilayah Tangerang, setelah sebelumnya kegiatan serupa juga telah digelar di wilayah DKI Jakarta dan juga Bogor. “Seperti kita ketahui, buffer zone DKI adalah wilayah-wilayah yang men-support beberapa pelaku aksi teror yang berasal dari Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Depok. Itu merupakan daerah-daerah yang perlu kita ingatkan agar MUI-nya aware dengan situasi yang ada di lapangan,” ujarnya, mengakhiri.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.