Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Nasib Van Dijk Masih Belum Jelas Di Liverpool
- Terkesan Di Latihan Perdana, Kluivert Pede Garuda Menang Lawan Australia
- Indonesia Vs Australia, Pelatih Persib: Bawa Pulang 1 Poin Sudah Bagus
- Tim Kanguru Waspadai Kekuatan Skuad Garuda
- Pertamina Uji Coba Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah pada 2025

RM.id Rakyat Merdeka - Indonesia dan negara kawasan Asia Timur-Pasifik pada umumnya akan mengalami pertumbuhan ekonomi cukup baik. Kendati demikian, Bank Dunia tetap mewanti-wanti akan adanya risiko.
Saat ini, kata @buddykuofficial, Bank Dunia memproyeksikan Indonesia dan negara kawasan Asia Timur-Pasifik pada umumnya akan mengalami pertumbuhan ekonomi cukup baik. Kendati demikian, Bank Dunia tetap mewanti-wanti akan adanya risiko.
“Faktor risiko itu di antaranya adalah perlambatan ekonomi global yang berpotensi menekan permintaan ekspor,” katanya.
Dia menambahkan, kenaikan suku bunga di luar negeri juga berpotensi mendorong arus ke luar modal serta melemahkan mata uang domestik. “Kesemuanya dapat meningkatkan beban pembayaran utang dan inflasi,” tandas @buddykuofficial.
Baca juga : Peluang Vs Rintangan Puan Di 2024
Ekonom Indonesia Strategic and Economics Action Institution, Ronny P Sasmita menyebut, nilai utang luar negeri (ULN) Indonesia bakal terus meningkat ke depannya.
“Bukan karena penambahan nominal utang Indonesia, tapi adanya tren pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS),” katanya.
Untuk diketahui, pada Jumat (14/10) pagi, rupiah kembali melemah ke posisi Rp 15.366 per dolar AS. Pelemahan rupiah tembus ke Rp 15.000 per dolar AS terjadi sejak pekan ketiga September 2022 lalu.
Ronny mengatakan, pelemahan kurs akan mengerek besaran ULN Indonesia. Soalnya, kata dia, jumlah utang RI mengacu pada mata uang dolar AS.
Baca juga : Jangan Terlena, Waspada Krisis
“Baik dari Pemerintah maupun swasta, pelemahan rupiah memang menjadi persoalan dan tantangan tersendiri,” ungkapnya.
Dia mengatakan, situasi ini akan memaksa Pemerintah untuk memperketat belanja atau mempertegas kebijakan austerity demi mengamankan kredibilitas fiskal di mata para kreditor. “Meski begitu, langkah ini justru kurang cocok untuk kondisi saat ini,” katanya.
Ronny menilai, keadaan ini akan diperparah menjelang akhir tahun. Pasalnya, akhir tahun merupakan momen pembayaran cicilan dan adanya tagihan utang. Rupiah akan semakin banyak dijual, dan demand dolar akan semakin tinggi.
“Karena pembayaran bunga dan cicilan utang mau tak mau memaksa Pemerintah dan dunia usaha untuk konversi dana terlebih dahulu dari rupiah ke dolar, baru kemudian dibayarkan. Ujungnya, devisa akan semakin berkurang,” tuturnya.
Baca juga : Ide Nama FF Keren Terbaru Yang Bisa Dipakai
Staf Ahli Keuangan Bidang Jasa Keuangan & Pasar Modal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Suminto memastikan, utang Indonesia masih dalam kondisi sehat. Hal ini tercermin dari rasio utang Indonesia yang masih terjaga di level 38,30 persen.
Dia menyebut, angka tersebut jauh lebih baik dari negara-negara G20 maupun negara tetangga. Seperti Thailand 62,68 persen dan Malaysia 69,5 persen.
“Dengan kondisi ini insya Allah kita dapat jaga perekonomian kita di tengah volatilitas keuangan global dan ketidakpastian perekonomian global,” kata Suminto.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya