Dark/Light Mode

Terpesona Tarian Pendet, Biden: Amazing!

Senin, 14 November 2022 13:23 WIB
Presiden AS Joe Biden disambut puluhan penari Pendet saat turun dari pesawat kepresidenan AS, Air Force One, di Bali, Minggu malam (13/11). (Foto: Antara)
Presiden AS Joe Biden disambut puluhan penari Pendet saat turun dari pesawat kepresidenan AS, Air Force One, di Bali, Minggu malam (13/11). (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menjelang pukul 22.00 WITA, Minggu (13/11), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden disambut puluhan penari Pendet. Dengan setelan jas biru gelap, Biden turun menapaki tangga pesawat kepresidenan AS, Air Force One, dan diterima Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Bunyi tetabuhan gamelan yang rancak dan gerak gemulai para penari memesona Biden. “Amazing, splendid, wonderful,” ujarnya, kagum, seperti dikutip Info Publik, Senin (14/11)

Sambutan Tari Pendet juga dirasakan para kepala negara dan pemimpin delegasi lain yang datang ke KTT G20 di Bali. Berhias nampan cekung atau bokor penuh bunga berhias janur di tangan kanan, rambut panjang disasak dengan diberi hiasan bunga dan mahkota, dan balutan kain tradisional Bali dengan paduan warna yang menyiratkan keanggunan, tarian itu kerap disajikan sebagai sambutan bagi tetamu yang berkunjung ke Pulau Dewata. 

Tokoh seni dan budayawan Bali Profesor I Wayan Dibia menjelaskan, penggunaan tarian Pendet mengandung nilai penghormatan masyarakat Bali terhadap tamunya. “Di sana ada nilai bagaimana masyarakat Bali, masyarakat Indonesia menghormati tamu-tamunya. Tari Pendet ini memang sudah menjadi tarian untuk hiburan. Jadi tidak ada pelanggaran nilai-nilai keagamaan atau pakem,” ungkap Dibia.

Baca juga : Pertamina Pastikan Pasokan Energi Selama KTT G20 Bali Aman

Awalnya, tarian ini merupakan tari sakral (wali) yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Hindu di Bali sebagai bagian dari upacara piodalan di pura atau tempat suci keluarga. Upacara ini adalah perwujudan rasa syukur, hormat dan sukacita untuk menyambut para dewata yang turun ke bumi. Secara etimologis, mendet berasal dari mendak (menyambut). Dari prosesi inilah lahir tari pendet. 

Tari Pendet merupakan tari kreasi yang dikembangkan dari tarian ritual 'Pendet Dewa', yang diciptakan maestro tari I Wayan Rindi. Tarian itu kemudian dikembangkan Ni Ketut Reneng pada 1950. Kala itu, Pendet menampilkan empat orang penari dalam pertunjukannya. Kemudian pada 1961, I Wayan Beratha mengembangkan Tari Pendet dengan menambah penari menjadi lima. Namun pada saat penyambutan para kepala negara, jumlah penari bertambah hingga puluhan.

Seiring perkembangan zaman, para seniman kemudian mengembangkan tarian yang semula hanya berfungsi sebagai tari upacara berkembang menjadi tari hiburan (balih-balihan) yang berfungsi sebagai tari penyambutan atau tarian selamat datang untuk para tamu.

Menurut Dibia dalam setiap gerakan tari yang berusia lebih dari 70 tahun itu tersirat pesan kebersamaan dan kesatuan rasa. Di dalam tarian itu tidak ada ekspresi individu. Semuanya merupakan ekspresi kelompok sehingga rasa kebersamaan sangat dipentingkan. 

Baca juga : Perkuat Culture Innovation, Jasa Raharja Gandeng Amazon

“Dengan seni kita bisa mengusik kesadaran para pimpinan negara bahwa kita memang harus bersama-sama dalam menghadapi kondisi dunia seperti sekarang ini. Oleh karenanya, pas sekali kalau tarian ini dibawakan menyambut delegasi G20. Itu kan misi untuk kebersamaan para kepala negara supaya bersama-sama memikirkan kondisi dunia tanpa pilih kasih,” katanya.

Dibia menaruh tiga harapan pada penyelenggaraan KTT G20. Pertama, penyajian tari pendet menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah pemilik asli tarian ini. Kedua, penggunaan tari pendet dalam penyambutan memberikan sentuhan estetik yang sangat kental tentang Bali. Ketiga, lewat tarian masyarakat Bali hendak memberitahukan bentuk kreativitas khas Bali, yang selalu berorientasi pada nilai-nilai tradisional, tidak terbelenggu dengan ikatan-ikatan yang kaku.

Ia menambahkan, tari pendet untuk penyambutan tamu terinspirasi dari tarian upacara. Karena itu, namanya serupa. Meski demikian ada yang membedakan antara tari pendet untuk upacara dengan tari pendet penyambutan. Pada tari pendet penyambutan (pendet puja astuti) koreografi lebih formal dengan struktur gerakan lebih jelas. 

Sedangkan gerakan dan properti tari pendet untuk upacara jauh lebih sederhana. “Untuk upacara, penarinya membawa sesaji. Sedangkan kalau tari penyambutan untuk tamu di akhir tariannya menabur bunga sebagai ucapan selamat datang,” jelas Dibia.

Baca juga : MNC Group Terpaksa Matikan TV Analog, Ini Alasannya

Baik tari pendet upacara maupun tari pendet penyambutan sama-sama menggunakan janur. Pada tari pendet upacara, janur berfungsi sebagai ubo rampe sesaji. Sedangkan pada tari pendet penyambutan (puja astuti), janur adalah dekorasi yang bersifat mempercantik properti. 

“Lalu untuk kostum, penari memakai selendang kuning merah sebagai simbol kehormatan. Di gerakan, ada kedua tangan dikatupkan di depan itu juga merupakan simbol penghormatan,” kata Dibia.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.