Dark/Light Mode

Hari AIDS Sedunia, UNAIDS Bentuk Aliansi Nasional Bebas AIDS Anak Indonesia Di 2030

Kamis, 1 Desember 2022 20:34 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

 Sebelumnya 
Dangerous Inequalities membongkar dampak terhadap AIDS dari ketidaksetaraan gender, ketidaksetaraan yang dihadapi oleh populasi kunci, dan ketidaksetaraan antara anak-anak dan orang dewasa.

Laporan ini juga menunjukkan bagaimana kendala keuangan yang memperburuk situasi dalam mengatasi ketidaksetaraan. Laporan tersebut menunjukkan bagaimana ketidaksetaraan gender dan norma terkait gender yang diskriminatif dapat menghambat berakhirnya pandemi AIDS.

“Dunia tidak akan mampu mengalahkan AIDS jika patriarki masih kuat,” ucap Byanyima.

Meningkatkan program transformatif gender di banyak bagian dunia adalah kunci untuk menghentikan pandemi. Memajukan kesetaraan gender akan menguntungkan semua orang.

Sementara, laporan terbaru dari Global juga menunjukkan bahwa penanggulangan AIDS tertahan oleh ketidaksetaraan dalam akses pengobatan antara orang dewasa dan anak-anak.

Baca juga : Bank Dunia Dukung Transisi Energi Di Indonesia

Sementara lebih dari tiga perempat orang dewasa yang hidup dengan HIV menggunakan terapi antiretroviral, lebih dari separuh anak yang hidup dengan HIV menggunakan obat yang menyelamatkan jiwa. Hal ini memiliki konsekuensi yang memprihatinkan.

“Pada tahun 2021, anak-anak menyumbang 4 persen dari semua orang yang hidup dengan HIV tetapi 15 persen dari semua kematian terkait AIDS. Situasi yang sama juga terjadi di Indonesia di mana pada tahun 2021, anak-anak menyumbang 12 persen dari 27.000 infeksi HIV baru, dan 9 persen dari 26 ribu kematian terkait AIDS di Indonesia,” sebutnya.

Cakupan pengobatan pada anak sangat rendah yaitu hanya 25 persen. Hambatan untuk mengakses perawatan bagi anak-anak sangat jauh dari jangkauannya. Tidak cukup obat HIV yang dikembangkan secara khusus untuk kebutuhan anak. Selain itu, juga menutup kesenjangan perawatan untuk anak-anak akan menyelamatkan nyawa.

“Kita masih jauh dari mengakhiri infeksi HIV baru pada perempuan dan anak-anak. Untuk membenahi salah satu disparitas yang paling mencolok dalam penanggulangan AIDS, tahun ini UNAIDS Indonesia bersama komunitas dan organisasi tersebut, menginisiasi Aliansi Nasional untuk mengakhiri AIDS pada Anak,” ujar Byanyima.

Aliansi Nasional untuk akhiri AIDS pada Anak di Indonesia ini, diharapkan dapat menjadi kendaraan untuk konsolidasi dukungan dan sumber daya untuk lebih meningkatkan kualitas program HIV bagi kelompok perempuan, anak, dan juga remaja.

Baca juga : Sambangi WNI Di Malaysia, Mahfud Tekankan Jaga Martabat Indonesia Di Luar Negeri

“Dalam satu kata, Equalize. Persamaan hak, pemerataan akses pelayanan, termasuk pemerataan akses ilmu pengetahuan. Menyetarakan tidak hanya akan membantu mereka yang mengalami stigma dan diskriminasi saja, tapi itu juga akan membantu semua orang,” tegasnya.

UNAIDS Country Director of Indonesia Krittayawan Boonto menambahkan, penguatan multi sektoral menjadi penting untuk dilakukan agar mendapatkan dukungan yang cukup untuk program HIV. Negara juga harus prioritaskan pembiayaan program HIV.

“Saya mengundang mitra yang tertarik menjadi anggota aliansi nasional untuk dapat bekerja sama menutup kesenjangan dan bersama menyelamatkan nyawa untuk mengakhiri AIDS di Indonesia pada tahun 2030,” ujarnya.

Kampanye Film Pendek

Ketua Sekretariat Nasional Jaringan Indonesia Positif Meirinda Sebayang mengatakan, anak-anak yang lahir dari orangtuan HIV saat ini turut mendapat stigma dan diskriminasi negatif dari masyarakat. Bahkan bagi anak-anak memiliki tantangan tersendiri dalam pengobatan HIV.

Baca juga : Google Doodle Hari Ini Raja Ali Haji, Pahlawan Nasional Peletak Dasar Bahasa Indonesia

“Ini tantangan bersama, kita harus saling bergandengan tangan membantu. Karena setiap nyawa adalah berharga. Kami turut mendorong agar bisa mengakhiri HIV AIDS di tahun 2030,” ujar Meirinda dalam acara bertajuk Equalize Our Child: Raise The Light of The Future sekaligus Gala Premier ‘Seperti Seharusnya’ di Jakarta, Kamis (1/12).

Untuk itu UNAIDS Indonesia bersama, IPPI, LAP, YPI dan Jaringan Indonesia Positif (JIP) bersama berkomitmen untuk menghapus stigma dan diskriminasi terhadap orang denga HIV di tengah masyarakat.

Tak hanya itu, JIP melakukan kampanye publik melalui film pendek berjudul ‘Seperti Seharusnya’ yang dibintangi oleh Yama Carlos dan Putri Ayudya. Di mana film tersebut mengangkat fenomena stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV di masyarakat.

“Kami berharap, momentum ini menjadi komitmen bersama, di mana respon penanggulangan AIDS di Indonesia bukan hanya dibebankan kepada Pemerintah dam layanan kesehatan. Tetapi juga semua aspek di dalam sistem kewarganegaraan juga harus terlibat, swasta, media maupun komunitas lainnya,” ungkap Meirinda. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.