Dark/Light Mode

Peran Aktif Generasi Muda dalam Kembangkan Teknologi Penangkap Karbon untuk Perangi Krisis Iklim

Kamis, 29 Desember 2022 15:30 WIB
Teknologi penangkapan karbon. (Sumber: Istimewa)
Teknologi penangkapan karbon. (Sumber: Istimewa)

Kontributor utama dalam emisi karbon di Indonesia ialah pada sektor energi. Dengan meningkatnya kebutuhan energi, maka emisi karbon dari sektor ini juga meningkat tiap tahunnya, salah satunya penyumbang emisi karbon dari kegiatan aktivitas pertambangan batubara maupun minyak dan gas. Emisi karbon diokasida ini merupakan isu yang penting dikarenakan berhubungan dengan pemanasan global dan juga perubahan iklim, dengan karbon dioksida merupakan bagian alami dari lingkungan planet ini, yang akan menimbulkan malapetaka iklim apabila terlalu banyak ketersediaannya di atmosfer bumi. Saat ini, tingkat karbon dioksida di atmosfer 47 persen lebih tinggi dibandingkan di awal Era Industri. Hal ini menyebabkan suhu naik, lautan menjadi asam, dan cuaca ekstrem menjadi sering terjadi, bahkan menjadi makin ekstrem.

Lambatnya perkembangan energi bersih yang ekonomis membuat Indonesia harus mulai mempertimbangkan teknologi lain untuk menurunkan emisi karbon. “Bahkan jika kita mencapai nol bersih pada 2050, bahkan jika kita mencapainya, kita masih harus menyedot karbon dioksida dari atmosfer, dan artinya kita perlu teknologi inovatif untuk melakukan itu,” kata Utusan Khusus Presiden untuk Iklim, John Kerry pada 22 April. Salah satu teknologi yang layak dipertimbangkan untuk menjadi solusi masalah iklim akibat emisi karbon di Indonesia adalah teknologi penangkapan karbon (Carbon Capture and Storage). Salah satunya dengan metode penangkapan paska pembakaran dianggap layak untuk dipertimbangkan untuk membalikkan efek pemanasan global dikarenakan lebih mudah diterapkan pada pembangkit yang sudah ada yang akan lebih jauh diperlukan untuk menurunkan kebutuhan energi.

Baca juga : Kepala BSKDN Tegaskan Pentingnya Pemda Bangun Innovation Hub Untuk Perkuat Kolaborasi

Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global yang mengurangi emisi CO2 ke atmosfer dengan cara mengisolasi karbon dioksida saat diproduksi dan sebelum dilepaskan ke atmosfer. Teknologi ini merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage). Pemisahan dan penangkapan CO2 dilakukan dengan teknologi absorpsi yang sudah cukup lama dikenal dalam kalangan industri.

Penangkapan CO2 ini juga biasa digunakan dalam proses produksi hidrogen baik pada skala laboratorium maupun komersial. Sementara itu, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan pipa atau tanker, seperti pengangkut gas pada umumnya (LPG, LNG), sedangkan penyimpanan dilakukan ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang dapat menjadi perangkap gas hingga tidak lepas ke atmosfer, atau dapat pula diinjeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu. Oleh sebab itu, kegiatan penangkapan karbon ini erat kaitannya dengan geologis karena dapat menyimpan karbon di bawah permukaan tanah yang dapat dilakukan di kalangan industri pertambangan juga. 

Menurut International Energy Agency (IEA), volume emisi CO2 telah mencapai 56 persen akibat pembakaran bahan bakar dari total semua emisi global. Persentase ini berasal dari sekitar 7.500 instalasi besar pengemisi CO2 (large stationary point sources) yang mengemisikan lebih dari 1000.000 ton CO2 setiap tahunnya. Kajian IEA lebih lanjut menyimpulkan bahwa dari jumlah tersebut, pembangkit listrik batubara (PLTU) merupakan sumber emisi utama yang mencapai lebih dari 60 persen. Selanjutnya, PLTG yang mencapai 11 persen dan PLTD 7 persen. Sementara itu, industri lain menyumbang sekitar 3-7 persen. 

Baca juga : Perusahaan Raksasa China Siap Kembangkan Bisnisnya Di Indonesia

Oleh karena itulah, untuk dapat mengurangi emisi CO2 dalam jumlah besar adalah logis jika dilakukan pengendalian (penangkapan CO2) yang dihasilkan dalam gas buang dari pembangkit listrik dengan teknologi CCS (Carbon Capture and Storage) ini. Upaya ini tidak semudah yang dibayangkan mengingat gas buang tersebut pada umumnya memiliki karakteristik bertekanan rendah dan konsentrasi CO2 yang rendah juga, sehingga diperlukan juga proses tambahan yang membutuhkan energi cukup besar untuk pemisahannya.

Kenyataannya, ini merupakan jadi tantangan ke depan, terutama bagi generasi muda yang harus berpartisipasi aktif untuk mampu mengetahui dengan baik teknologi yang dapat menjadi solusi emisi karbon ini sehingga dapat menciptakan proses penangkapan CO2 yang efektif dan efisien. Teknologi penangkapan karbon ini akan dengan cepat menjadi alat yang layak untuk memerangi krisis iklim yang saat ini pun sudah mulai gencar digiatkan oleh industri penghasil karbon.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.