Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ini Pesan Penting Prof. Tjandra, Soal Penyakit Tidak Menular, Yang Faktanya Paling Banyak Merenggut Nyawa

Minggu, 15 Januari 2023 14:51 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti penyakit tata menular (PTM) merupakan masalah kesehatan amat penting di dunia, dan juga di negara kita.

Pada dasarnya ada empat jenis penyakit tidak menular utama, yaitu penyakit kardiovaskuler (seperti serangan jantung dan stroke), berbagai jenis kanker, penyakit paru/respirasi kronik (misalnya penyakit paru obstruktif kronik – PPOK dan asma bronkial) serta diabetes.

Empat kelompok ini merupakan penyebab dari 80 persen kematian akibat PTM.

Pada umumnya, penyakit tidak menular bersifat kronik, sakitnya lama ber tahun-tahun, dan terjadi akibat kombinasi dari faktor genetik, fisiologik, aspek lingkungan dan juga perilaku manusia.

"Kita memang sekarang banyak membicarakan Covid-19 atau mungkin juga demam berdarah, hepatitis, tuberkulosis dan berbagai penyakit menular lainnya. Tetapi perlu diketahui, angka kematian akibat penyakit tidak menular lebih besar dari penyakit menular," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Minggu (15/1).

Baca juga : Pegadaian Dukung Kejari Jakarta Selatan Tindak Pelaku Fraud Cabang Kebayoran Baru

Dia menjelaskan, sekitar 74 persen kematian di dunia, terjadi akibat berbagai penyakit tidak menular. Ini ekuivalen dengan 41 juta orang meninggal di dunia setiap tahunnya, akibat PTM.

Dari semua kematian akibat PTM, maka 77 persen (sekitar 31,4 juta) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia tentunya.

Penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17,9 juta angka kematian per tahunnya. Kanker berhubungan 9,3 juta kematian, penyakit paru kronik terkait 4,1 juta kematian serta diabetes yang menyebabkan 2 juta kematian setahun di dunia. Termasuk, penyakit ginjal yang berhubungan dengan diabetes.

Setiap tahun di dunia, ada 17 juta orang di bawah usia 70 tahun yang meninggal karena PTM. Sebanyak 86 persen di antaranya, juga terjadi negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Di sisi lain, 67 persen PTM mulai menyerang manusia pada usia di bawah 40 tahun. Ini jelas mengganggu produktivitas kerja, yang pada skala besar juga produktivitas bangsa.

Baca juga : Prof. Tjandra: Banyak Tantangan Mengendalikan Penyakit Menular Di Tanah Air

"Perilaku manusia memegang peran yang sangat penting, atas terjadinya berbagai jenis PTM ini," tutur Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Menurutnya, ada empat hal yang akan meningkatkan risiko kematian akibat PTM. Yakni kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, efek buruk konsumsi alkohol, dan makanan yang tidak sehat.

Sementara itu, ada empat pula prinsip dasar pengendalian penyakit tidak menular. Yaitu deteksi, skrining, pengobatan, dan pelayanan perawatan paliatif.

Sejak 2023, WHO telah memiliki peta jalan dan anggaran untuk pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, yang berisi berbagai kegiatan nyata yang perlu dilakukan sejak sekarang sampai 2030 kelak.

Ini pula yang perlu dilakukan di negara kita. Ada setidaknya empat kegiatan yang perlu dilakukan.

Baca juga : Potensi Pasar KFX/IFX Tinggi, Turki Diramal Jadi Negara Yang Paling Banyak Beli

Pertama, perlu ada intervensi best-buys, yaitu kegiatan yang punya hasil besar (high return) untuk setiap upaya dan biaya yang dikeluarkan, misalnya program berhenti merokok.

Kedua, perlunya penguatan sistem kesehatan secara keseluruhan.

"Dalam hal ini, yang dimaksudkan bukan hanya penguatan pelayanan spesialistik di rumah sakit. Tetapi juga pelayanan secara menyeluruh. Mulai dari level primer, hingga kegiatan nyata program promotif preventif di lapangan," ujar Prof. Tjandra.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.