Dark/Light Mode

Sudah Genggam Tiket Capres

Kalau Jalan Sendiri, Banteng Sulit Menang

Minggu, 12 Februari 2023 07:01 WIB
Bos lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani. (Foto: Ist)
Bos lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dibanding partai lain, PDIP sebagai pemenang pemilu memang sudah punya boarding pass pencapresan. Lewat perolehan kursi di DPR, PDIP sudah genggam tiket capres tanpa koalisi. Namun, kalau memilih jalan sendiri tanpa mengajak parpol lain untuk koalisi, banteng diprediksi sulit menang. 

Hingga saat ini, PDIP masih cukup anteng menghadapi Pilpres 2024. Padahal sekarang ini, partai-partai lain lagi sibuk-sibuknya mencari kawan koalisi. Silaturahmi antar parpol makin marak dilakukan. Sejauh ini, sudah ada 3 poros koalisi yang sedang dalam penjajakan. 

Pertama, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar-PAN-PPP. Kedua, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang dibentuk Gerindra dan PKB. Terakhir, Koalisi Perubahan dengan personel NasDem-Demokrat-PAN. 

Terbaru, muncul wacana bahwa KIB dan KIR akan merger alias bersatu. Wacana ini muncul usai parpol-parpol lintas koalisi melakukan pertemuan. Terbaru, Golkar yang merupakan bagian dari KIB, bertemu dengan PKB yang berasal dari KIR.

Sikap PDIP yang masih masif ini mendapat sorotan dari Saiful Mujani, Bos lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Kata dia, dari hasil kajian dan studi SMRC, PDIP butuh teman koalisi agar bisa memenangkan pilpres. Tanpa teman koalisi, PDIP bisa kalah bahkan di putaran pertama. 

"Tanpa koalisi, kader PDIP kemungkinan besar bisa kalah dalam pemilihan presiden," kata Saiful Mujani dalam keterangan tertulis, kemarin. 

Baca juga : Ogah Beli Tiket Tambahan, Balita Ditinggal Di Bandara

Kesimpulan itu berdasarkan kajian SMRC dalam melihat peta politik terkini. Kata dia, SMRC membuat simulasi dengan asumsi ada empat pasangan di pilpres nanti. Pasangan pertama adalah Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar yang diusung KIR, Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang diusung Koalisi Perubahan, Ketiga Ganjar Pranowo- Puan Maharani yang diusung PDIP dan Airlangga Hartarto-Erick Thohir yang diusung KIB. 

Dengan simulasi itu, survei SMRC pada Desember 2022 menemukan pasangan Ganjar-Puan berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 21,6 persen. Sementara Prabowo-Muhaimin Iskandar berada di posisi pertama dengan 29,7 persen. Anies-AHY di nomor 2 dengan 28,8 persen. Sementara pasangan Airlangga-Erick 4,9 persen dan yang belum menjawab 15 persen. 

Dari hasil tersebut, selisih antara pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY dengan Ganjar-Puan itu cukup signifikan. Dengan hasil ini, kata Saiful,  maka yang masuk ke putaran kedua adalah Anies dan Prabowo.

"PDIP ditinggalkan bahkan ketika Ganjar ditaruh di nomor satu," ujar Saiful. 

Menurut dia, elektabilitas Ganjar sebenarnya tinggi. Namun ketika dipasangkan dengan Puan, elektabilitas pasangan Ganjar-Puan justru menurun. Hasil sama jika Puan menjadi capres dan Ganjar sebagai cawapres. Puan-Ganjar tetap berada di nomor tiga dengan perolehan 9,8 persen, di bawah Prabowo-Muhaimin yang mendapatkan suara 35,4 persen, dan Anies-AHY dengan suara 31,2 persen. 

Dari hasil tersebut, Saiful menilai PDIP berkoalisi dengan partai lain adalah sebuah kebutuhan politik yang tak bisa dihindarkan. Jika PDIP mengusung kader sendiri tanpa berkoalisi, kemungkinan besar suara dukungan untuk capres-cawapres mereka hanya datang dari kader atau pendukung PDIP. Meskipun PDIP berada di posisi teratas, tapi suaranya hanya 20 persenan saja. 

Baca juga : Begitu Capres Diumumkan Banteng Langsung Gaspol

“Pesan dari pemilih secara umum adalah bahwa PDIP tidak bisa sendiri untuk memenangkan pilpres. Pengalaman selama ini memang demikian, harus dengan cara koalisi,” tuntasnya.

Bagaimana PDIP merespons hasil tersebut? Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan,  matematika politik berbeda dari matematika murni. Karena dalam politik ada faktor orientasi persepsi dan preferensi. "Tidak bisa direduksi dengan pendekatan kalkulus," kata Hendrawan, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Menurut dia, pernyataan  SMRC itu logis tapi tidak aksiomatik. “Pada titik ini, pernyataan yang berisi asumsi dan pengandaian, kami terima sebagai masukan untuk menambah bejana kearifan," ujarnya.  

Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto masih belum mau berbicara banyak soal koalisi dan Pilpres 2024. Kata dia, masih terlalu dini membicarakan hal tersebut di tengah berbagai persoalan seperti ancaman krisis global dan sebagainya. Menurut dia, saat ini semua kader diperintahkan untuk bekerja ke bawah, dan mengurangi berkomentar seperti pengamat politik.

Kata dia, akan ada waktunya PDIP menentukan arah pilpres 2024. Dia menunggu momentum yang tepat. "Nanti akan tiba momentumnya untuk berkontestasi setelah pada bulan Oktober November, batas akhir untuk pendaftaran para calon presiden dan wakil presiden. Kita tunggu momentum itu dan mari kita berikan energi positif kita bagi bangsa dan negara," kata Hasto. 

Peneliti politik dari BRIN, Wasisto Rahardo Jati menilai, PDIP memang harus berhati-hati menghadapi Pilpres. Meski sudah mengantongi tiket capres dan mengantongi ambang batas capres 20 persen suara, PDIP perlu mewaspadai kekuatan parpol yang sudah melakukan penjajakan dari jauh-jauh hari. 

Baca juga : Menteri Teten Ajak Kader Banteng Perkuat Ekonomi Kerakyatan

Ia lalu mencontohkan pertemuan Ketum Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar baru-baru ini. Pertemuan ini bisa menandakan bertemunya dua koalisi yaitu  Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Usai pertemuan itu muncul wacana kedua koalisi bersatu. Menurut dia, kedua kekuatan ini tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, jika keduanya memutuskan untuk melebur jadi satu di Pemilu 2024. Peluang koalisi ini bergabung tersebut terbuka mengusung capres dengan elektabilitas tinggi. 

"KIB dan KIR berpotensi menjadi rival tangguh bagi PDIP di Pemilu mendatang. Ini tentu harus diwaspadai oleh PDIP," kata Wasis.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.