Dark/Light Mode

RS Darurat Wisma Atlet Ditutup

Kita Sudah Bisa Bilang Bye Bye Corona….

Sabtu, 1 April 2023 08:47 WIB
Para pasien Covid-19 berolahraga dan berjemur di halaman RSDC Wisma Atlet Kemayoran, saat puncak kasus Omicron, Juni 2021. (Foto: Tedy O Kroen/RM)
Para pasien Covid-19 berolahraga dan berjemur di halaman RSDC Wisma Atlet Kemayoran, saat puncak kasus Omicron, Juni 2021. (Foto: Tedy O Kroen/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran resmi berhenti beroperasi, kemarin. Penutupan dilakukan seiring dengan semakin melandainya kasus Covid-19 di Tanah Air. Dengan penutupan ini, kita pun bisa mengatakan, bye bye Corona.

Penutupan RSDC sebenarnya sudah direncanakan pemerintah sejak akhir Desember 2022. Saat itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hanya menyiagakan satu tower, yakni Tower 6 untuk menampung pasien Covid-19 hingga 31 Maret 2023. Per kemarin, tower tersebut sudah tidak disiagakan lagi.

"Sesuai surat (BNPB), per 31 Maret 2023 ditutup seluruhnya. Seluruh Tower untuk perawatan pasien Covid-19," kata Koordinator RSDC Wisma Atlet, Mayjen Tugas Ratmono, kemarin.

Ratmono lega dengan melandainya kasus Corona di dalam negeri. Namun, dirinya juga punya banyak kenangan sejak awal bertugas di RSDC. Seperti, dia sempat membantu pasien positif Covid-19 melahirkan, hingga menjalani pernikahan. “Banyak hal yang muncul di Wisma Atlet ini," kenangnya.

Penutupan RSDC dilakukan dengan pelepasan ribuan relawan yang ikut membantu memerangi Corona sejak awal 2020. Sebagai garda terdepan, kini mereka purnatugas dan bisa melakukan aktivitasnya seperti sedia kala.

Baca juga : Status Darurat Dicabut, Pertamina Berikan Penanganan Terbaik Untuk Korban

Tak lupa Ratmono mengucapkan terima kasih kepada relawan yang terdiri dari dokter, perawat, maupun pihak lain yang turut membantu melayani pasien Covid-19. Ratmono meminta semua pihak mengenang jasa-jasa para pahlawan tersebut, sebab banyak juga di antara mereka yang ikut jadi korban. Bahkan harus kehilangan keluarga, kerabat, hingga teman-temannya.

“Dulu kita pantang pulang sebelum Corona tumbang. Saat ini, Corona sudah tumbang, silakan para relawan untuk pulang,” pungkas Ratmono.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, penutupan RSDC sudah tepat, karena angka penularan Covid-19 mulai mereda. Namun, dia mengingatkan, bahwa virus Corona tetap ada di Indonesia.

“Kita harus menyadari bahwa Covid-19 ini nggak bisa hilang. Dia cenderung akan selalu ada dan itu yang dinamakan endemik,” katanya.

Menurutnya, penanganan Covid-19 di Indonesia memang sudah baik. Saat ini, imunitas kelompok sudah bekerja maksimal, dengan adanya vaksin maupun booster.

Baca juga : Pengamat: Jika Tak Dituntaskan, Tragedi Kanjuruhan Bisa Jadi Malapetaka Bagi Sepak Bola Nasional

Kendati demikian, potensi penularannya tetap ada. Terutama kepada lansia dan anak muda yang memiliki penyakit penyerta atau dikenal dengan istilah komorbid. “Artinya, Covid-19 ini masih menjadi ancaman pada kelompok itu, sehingga penutupan ini jangan sampai diartikan kita sudah bebas,” tegasnya.

Mantan Sekretaris Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ini menambahkan, masyarakat Indonesia tetap harus menjalankan protokol kesehatan dan bergaya hidup sehat. Semua itu harus menjadi pola hidup baru. Sebab, saat ini, dunia semakin rentan dengan wabah yang penularannya berlangsung cepat. Bahkan tanpa disadari, masih ada beberapa pasien Covid-19 yang meregang nyawa.

“Nah, untuk mengurangi risiko itu, agar terkendali, kita harus mengubah gaya hidup kita. Misalnya masker harus tetap dipakai dalam kondisi tertentu dan vaksin booster itu juga penting,” imbau Dicky.

Terakhir, dia meminta kepada seluruh tenaga kesehatan yang pernah bertugas di RSDC Wisma Atlet, membagikan pengalamannya kepada masing-masing unitnya. Hal itu diperlukan agar ke depan Indonesia sudah siap ketika diterpa pandemi dan bisa beradaptasi dengan cepat. Dengan menerapkan sistem tertentu di setiap rumah sakit atau balai kesehatan.

“Jadi situasi ketika pandemi itu harus jadi pembelajaran dan alumni RSDC Wisma Atlet harus betul-betul dimanfaatkan sebagai orang-orang yang punya pengalaman dan dedikasi. Saya juga berharap mereka mendapatkan apresiasi,” pungkasnya.

Baca juga : Ketua KPU Lega Banget

Menanggapi penutupan RSDC Wisma Atlet Kemayoran, dokter ahli penyakit dalam Andi Khomeini Takdir, yang sempat bertugas di sana, mengaku bersyukur. Dia berharap, tidak akan ada lagi wabah sebesar Covid-19 yang melanda Indonesia. Ia pun mengaku beruntung menjadi penyintas, meski harus berhadapan langsung dengan pasien Covid-19. “Tiga tahun kolaboratif yang ‘tough’. Alhamdulillah,” kicaunya, di akun Twitter @dr_koko28.

Sementara, akun @its_Rasidah membagikan pengalaman ketika menjalani isolasi mandiri di Wisma Atlet. Dia beruntung, karena pelayanan yang diberikan petugas kesehatan sungguh maksimal.

“Pernah jadi warga di sana juga 2 tahun lalu. Dari pas datang nggak bisa nyium bau, makan nggak terasa, malam kayak orang sehat, siang kayak orang sakit banget. Serunya senam pagi, berjemur, sampai sembuh,” tulisnya.

Sedangkan, akun @Irwan_Arfian menyampaikan rasa terima kasih kepada para tenaga kesehatan yang pernah membantunya berjuang melawan Covid-19 selama jadi pasien RSDC tahun 2020. “Semoga Allah memberikan pahala dan ganjaran yang melimpah,” harapnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.