Dark/Light Mode

Direktur DEEP Paparkan Kerentanan Politik Uang Bagi Perempuan Pada Konferensi Di Thailand

Senin, 15 Mei 2023 07:22 WIB
Direktur DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati (Foto: Istimewa)
Direktur DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nur Hayati, mewakili representasi dari Indonesia memaparkan hasil penelitiannya, di 9th World Conference on Woman’s Studies 2023, di Hotel Ambassador, Bangkok, Thailand, yang berlangsung pada 11-12 Mei 2023. Neni membawakan makalah berjudul Money Politics and Regression of Democracy: Women Voters Vulnerability in Transactional Politics (Case Study of 2020 Regional Elections In Indonesia).

Penelitian prariset dilakukan pada April-Mei 2021. Dalam prariset dilakukan penelitian secara kuantitatif dengan menguji teori disonansi kognitif, melibatkan populasi yang memiliki karakteristik yang ditentukan peneliti. Penelitian prariset ini dilakukan untuk melihat apakah benar bahwa pemilih perempuan selalu menjadi objek dalam politik uang dari kandidat kepala daerah.

Untuk risetnya dilakukan pada Juni-Desember 2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mix-method), yaitu penelitian yang menggabungkan dua bentuk pendekatan, yakni kuantitatif dan kualitatif.

Baca juga : Kok, Persyaratan Bebas Kekerasan Seksual Hilang

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilih perempuan memang rentan terkena politik uang. Selain kurangnya literasi mengenai regulasi kepemiluan dan edukasi politik, pemilih perempuan yang sudah mengetahui bahwa politik uang itu dilarang tetap diterima," papar Neni, seperti keterangan yang diterima RM.id, Senin (15/5).

Neni, sebagai peneliti, mengkategorisasi lima tipe pemilih. Pertama, pemilih menikmati politik uang. Kedua, pemilih yang menolak politik uang tetapi menerima politik uang. Ketiga, pemilih menolak politik uang dan menghindarinya tetapi tidak mau melaporkan. Keempat, pemilih menolak politik uang dan mau melaporkannya. Kelima, pemilih menyaksikan politik uang tetapi mengetahui informasi dan berani melaporkan.

Sayangnya, kata Neni, dari lima kategori tersebut, kategori satu dan dua mendapatkan persentase paling tinggi. "Pemilih yang menikmati politik uang serta pemilih yang menolak politik uang tetapi menerimanya yang paling mendominasi adalah pemilih perempuan," terangnya.

Baca juga : Politik Uang Paling Tinggi Di Jawa Timur

Selain itu, Neni, pemilih di Indonesia selama ini, tidak lebih dari supporter, sebagaimana dalam permainan sepak bola. "Jika ada kampanye tujuannya bukan untuk mencari pendidikan politik, mendalami visi misi calon, tapi lebih pada bagaimana mendapatkan kaos, souvenir dan uang transport, bukan sebagai voters," ucap Neni, dengan mengutip buku Nur Hidayat Sardini terbitan 2020.

Dengan menggunakan pendekatan teori disonansi kognitif yang dicetuskan oleh Leon Festinger pada 1957, terang Neni, ada kondisi pemilih ketika antara perilaku dan keyakinan tidak sejalan. Di situlah terjadi moral hazard pemilih yang disebabkan tekanan dari pihak lain, bimbang dalam memilih keputusan (kalau tidak menerima uang tidak bisa makan), serta pemilih mengetahui bahwa pilkada itu tujuannya untuk melahirkan pemimpin yang jurdil tapi sampai saat ini ternyata nyaris tidak ada pemimpin yang berpihak pada rakyat.

Menurut Neni, hal tersebut akan menjadi tantangan untuk Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024. Untuk itu, sosialisasi harus lebih massif lagi, terutama kepada kelompok rentan.

Baca juga : Sahabat Ganjar Berikan Pendidikan Politik Bagi Anak Muda Cianjur Dan Tasikmalaya

Neni berharap, parpol bisa menjadi garda terdepan dalam memerangi dan memutus politik uang yang selama ini menjadi hal lumrah di masyarakat. "Selain itu ke depan penyelenggara pemilu perlu memiliki data mana saja lokasi TPS yang rentan terhadap politik uang," imbuhnya.

Neni juga mendorong kepada kandidat untuk lebih mengedepankan politik gagasan daripada menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.