Dark/Light Mode

Disampaikan Ke Wamen Raja Juli, Jokowi Masih Netral

Sabtu, 17 Juni 2023 08:03 WIB
Presiden Jokowi saat menerima Wamen ATR Raja Juli Antoni di Istana Negara, Kamis (15/6). Foto ini dipasang Raja Juli di akun Instagramnya. (Foto: Instagram @rajaantoni)
Presiden Jokowi saat menerima Wamen ATR Raja Juli Antoni di Istana Negara, Kamis (15/6). Foto ini dipasang Raja Juli di akun Instagramnya. (Foto: Instagram @rajaantoni)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ke mana Presiden Jokowi akan memberikan dukungan penuhnya pada Pilpres 2024? Apakah ke Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto? Kepada Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Raja Juli Antoni, Jokowi menegaskan dirinya masih netral.

Raja Juli menemui Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (15/6) lalu. Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu tiba di kompleks Istana dengan menumpang Alphard hitam bernomor polisi RI 111 sekitar pukul 2.30 sore. 

Ia tampil necis dengan mengenakan batik lengan panjang warna coklat bermotif garuda dipadu bawahan hitam. Rambutnya disisir rapi. Saat disapa awak media, Raja Juli hanya melambaikan tangan lalu bergegas masuk Istana. 

Sekitar satu jam kemudian, Raja Juli terlihat keluar dari Istana. Kepada wartawan, mantan Direktur Eksekutif Ma'arif Institut ini mengatakan, salah satu topik pembicaraan bersama Jokowi adalah membahas pencalonan Kaesang Pangarep di Pilkada Depok. Setelah itu, Raja Juli bergegas menuju mobilnya. 

Kemarin, di akun Instagram miliknya, Raja Juli memamerkan foto saat bertemu Jokowi di Istana. Ia juga mengungkapkan soal isi pembicaraan dengan orang nomor satu di Indonesia itu. 

Kata dia, obrolan diawali dengan guyonan soal setahun lalu saat ia dilantik menjadi Wamen pada Rabu Pon. Dari sana, ia lanjut berita soal rencana Kaesang, putra bungsu Jokowi, yang akan diusung PSI menjadi calon Wali Kota Depok. 

Baca juga : Kaesang Incar Wali Kota Depok, Jokowi Mendoakan, Tidak Melarang

Dari sana, topik pembicaraan tentu saja membahas soal pekerjaannya sebagai Wamen ATR. Ia melaporkan, capaian kerja dan tantangan-tantangan yang harus ia kerjakan dan antisipasi. Termasuk mengkonfirmasi rencana  mengajukan kenaikan anggaran kementerian ATR/BPN. 

Ide ini telah disampaikan Menteri ATR/BPN Hadi Tjahjanto ke Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Komisi II DPR. Anggaran ini, untuk mengejar target Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). 

Dalam pertemuan itu, lanjut dia, juga membahas soal politik nasional. Kata dia, Jokowi menceritakan bagaimana interaksi dan komunikasinya dengan beberapa capres dan plus minusnya. 

"Pak Jokowi sangat concern, bukan soal kalah menang figur tertentu, tapi dengan masa depan Indonesia bila di 2024 kita salah pilih presiden," tulis Raja Juli, di akun @rajaantoni. 

Raja Juli mengungkapkan, Indonesia peluang untuk melompat menjadi negara maju pada 2030 dengan memanfaatkan bonus demografi. Peluang ini hanya sekali seumur hidup. Jika salah melangkah, mimpi Indonesia menjadi negara maju aman sirna dan Indonesia akan jatuh menjadi negara middle income trap selamanya. 

Nah, dalam obrolan itu, Jokowi mengungkapkan posisinya dalam Pilpres 2024. "Posisi Pak Jokowi sekarang masih netral, memberikan kesempatan yang sama kepada semua capres untuk mendekati rakyat," ujar Raja Juli. 

Baca juga : Gus Yahya: Wajar Jokowi Cawe-cawe

Sebelumnya, Jokowi mengatakan, akan cawe-cawe dalam pilpres. Omongan ini disampaikan Jokowi saat bertemu dengan para pimpinan media nasional dan sejumlah podcaster di Istana Kepresidenan, Jakarta, akhir Mei lalu.  

Di hadapan para pimpinan media yang hadir, Jokowi mengatakan, keinginan dirinya cawe-cawe demi kepentingan bangsa dan negara. Pernyataan itu kemudian menuai sentimen negatif dan berujung gaduh.  

Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan, cawe-cawe yang dimaksud Jokowi adalah dalam rangka mengawal Pemilu Serentak 2024 berlangsung jujur, adil, dan demokratis. 

Setelah itu, dalam beberapa acara, Jokowi memberikan klarifikasi soal pernyataan tersebut. Seperti saat menggelar pertemuan dengan  Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam di Istana Kepresidenan, Jakarta, awal Juni lalu. 

Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI, Ahmad Doli Kurnia mengatajan, konteks pernyataan Jokowi soal cawe-cawe adalah siapapun yang akan menjadi presiden maupun wakil presiden di masa mendatang, harus mempunyai persepsi yang sama dalam menghadapi realitas yang tidak mudah. Kendati demikian, ada peluang besar yang dapat dimanfaatkan Indonesia.

"Momentum untuk kita bisa mendapatkan lompatan yang luar biasa, karena kita punya resources yang disebut tadi electric vehicle, ini yang saya kira menjadi tools untuk kita bisa lompat menjadi negara yang maju," kata Doli.

Baca juga : Netizen Rame-rame Dukung Jokowi Ambil Alih Vale

Sementara, Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin mengatakan, Jokowi sebagai presiden memang sebaiknya netral dalam pilpres. Agar saat landing menjadi Presiden di Oktober 2024 itu tetap bagus. 

“Di tengah saja, jadi negarawan saja," kata Ujang, kemarin.

Ujang menyebut, jika sebagai warga negara memang tak dipermasalahkan cawe-cawe mengenai pemilihan presiden. Hanya saja posisi Jokowi sebagai kepala negara dinilai kurang tepat ikut cawe-cawe. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.